57

1K 34 0
                                    

Pemandangan pagi ini yang pertama kali dilihat adalah wajah tenang seorang Algemantra Wiratama. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk lengkungan manis.

Satu tangannya hendak terulur mengusap setiap inchi wajah lelaki itu, namun urung takut mengusik tidurnya.

Ia memutuskan untuk beranjak dari kasur. Mendudukkan tubuh di tepi ranjang, lalu beranjak dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di depan cermin, Gaby tersenyum kala mengingat awal pertemuannya dengan Gema. Sungguh aneh mengapa dirinya bisa secepat itu berpaling. Tapi tidak dengan melupakan segala hal tentang Arza. Ia butuh waktu.

Setelah selesai, Gaby berjalan keluar dari kamar mandi dan membuka nakas untuk mengambil tisu baru.

Namun ia justru mendapati sebuah map cokelat berukuran sedang dengan tekstur di luarnya begitu keras. Kepalanya menoleh, mengecek Gema yang masih tertidur pulas.

Perlahan tangannya meraih map itu, lalu membukanya perlahan dengan sangat hati-hati. Ternyata isinya sebuah plat nomor. Yang nomornya tidak asing dari ingatannya.

B 5131 NA

Matanya mengerjap berkali-kali. Ingatannya kini kembali. Plat nomor yang ada dalam genggamannya saat ini adalah plat nomor milik mobil yang menabrak mobil Mamanya saat kecelakaan beberapa tahun lalu.

Dengan cepat ia memasukkan plat nomor itu kembali ke dalam map cokelat, lalu melanjutkan mencari tisu.

Setelah menemukan barang yang dicari, Gaby mengambil jaket yang menggantung di belakang pintu, lalu mengunci kamar itu.

Sengaja. Agar Gema tidak langsung mencarinya.

•••••

Di sini kedua kakinya berpijak. Bangunan lama yang sudah tidak lama dihuni sejak Papa memutuskan pindah ke rumah yang lebih mewah.

Ia menoleh ke samping. Rumah Arza masih sama. Meski ia tidak tahu di dalam rumah itu sifat orangnya masih sama atau tidak kepadanya.

Ibu sangat baik padanya. Tapi ia merasa jahat ketika Arza kritis, dan harus menuruti kemauan Gema yang melarangnya bertemu lelaki itu.

Kedua matanya terasa amat panas mengingat saat kecil dulu bermain bersama Arza dan Fernando di depan rumah Arza.

Gaby mengecek jam di ponsel. Sudah menunjukkan jam 11 siang. Ia harus kembali pulang ke rumah dengan taxi online yang mau mengantarnya sebentar ke sini.

Sedangkan di tempat yang berbeda, Gema terus memanggil-manggil nama Gaby. Tapi sama sekali tidak ada sahutan dari gadis itu.

"By??"

"Kamu di mana?"

"Sayangg ..."

Gema beranjak dari ranjang. Merapikan singkat rambut yang berantakan. Tubuhnya langsung berdiri saat perasaannya merasa aneh.

Saat meraih knop pintu, mendadak tidak bisa dibuka. Dahinya mengernyit heran.

"Gaby??!"

"Pintunya dikunci?"

Tidak ada sahutan. Sial. Sepertinya gadis itu menguncinya dari luar. Tapi apa penyebabnya?

Ponselnya berdering menampilkan nomor tidak dikenali. "Halo, Kak. Maaf langsung nelpon. Ini Flora temen sekelasnya Gaby. Gaby lagi ke mana, ya, Kak? Soalnya hari ini dia presentasi bareng aku."

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang