Setelah melewati beberapa kegiatan dan sudah sepekan ini Gema selalu pulang larut malam.
Gaby selalu menyiapkan minuman rempah-rempah dengan air hangat di atas nakas. Agar lelaki itu meminumnya sebelum tidur.
Siang kali ini Gaby akan berangkat menuju kampus dengan taxi online, dan itu adalah paksaan dari Gema. Sebab tadinya ia akan menggunakan ojek online, tetapi Gema melarangnya.
Selesai sudah tasnya diisi dengan alat tulis dan laptop, akhirnya ia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.
Kakinya berjalan menuju dapur, mengisi botol minum terlebih dahulu di dispenser, lalu terduduk di sofa sambil menunggu taxi yang dipesan itu datang.
Sedangkan di lain tempat, Gema terus melirik ke arah layar ponsel. Ia menunggu notifikasi pesan dari Gaby yang katanya siang ini akan ke kampus.
Ruangan BEM kali ini diisi oleh perwakilan setiap divisi. Termasuk Reno. Lebih dari lima lelaki itu kini tengah membahas perkembangan setiap divisi.
"Izin keluar bentar," pamit Gema beranjak dari duduk, sudah mulai gundah akibat tidak dapat kabar dari Gaby.
Akhirnya ia keluar dari ruangan dan berdiri sambil menelepon Gaby. "Halo. Lo udah jalan belum? Kok gak ada kabar sama sekali? Gue nungguin, khawatir di sini."
"..."
"Kebiasaan."
"..."
"Hm? Macet? Di mana?" tanya Gema sedikit panik, sebab kata gadis itu lima belas menit lagi kelas dimulai.
Sedangkan masih beberapa KM lagi perjalanan menuju kampus.
"..."
"Lo turun di halte sana aja. Biar gue jemput pake motornya Reno."
"..."
"Enggak. Nurut sama gue, Gaby ..."
"..."
"Pinter," final Gema saat Gaby pasrah menurut padanya.
Ia kembali masuk ke dalam ruangan dan bergegas mengambil jaket hitam serta meminjam kunci motor Reno untuk menjemput gadis itu.
Kakinya berjalan cukup cepat menuju area parkir. Setelah sampai, ia langsung memakai helm dan menyalakan motor.
Akhirnya Gema melajukan motor milik Reno ke tempat yang dituju. Di sepanjang perjalanan entah mengapa benaknya begitu gelisah. Rasanya sama seperti tadi saat Gaby tidak memberi kabar padanya.
Matanya menyipit dari balik helm. Kemacetan terjadi sepanjang ratusan meter sebelum motornya sampai di halte yang Gaby duduki.
"Ada kecelakaan di halte! Minggir minggir!"
Sirine ambulan terdengar jelas dari arah belakang. Mendadak jantungnya seperti mau meledak mendengar teriakan lelaki tadi.
Beberapa klakson kendaraan membuat siang ini semakin riuh dan tak karuan. Gema mulai mencari celah dari sempitnya mobil untuk motornya berjalan menuju halte.
"Bangsat," desisnya kesal saat mobil di depannya hampir menyerempet motor yang dikendarainya.
Sesampainya di halte, ia langsung turun dari motor dan mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari keberadaan Gaby.
"Kak? Ketua BEM Unreeda?"
Gema menghentikan pandangannya dan beralih pada gadis di hadapannya. "Iya."
"Mahasiswinya ada yang jadi korban dari kecelakaan beruntun, Kak," lapor gadis itu, membuat Gema langsung membelah kerumunan.
Garis polisi sudah dipasang. Suara sirine semakin membuat suasana jalanan menjadi berisik dan kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Fiksi RemajaIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️