51

2.4K 56 0
                                        

Di dalam kereta, Gaby terus bersandar di bahu lelaki itu sambil memakan jajanan yang tadi dibelikan oleh Papa.

Sedangkan pria itu tertidur sepanjang perjalanan di kursi depan Gema dan Gaby.

"Pemandangannya bagus," puji Gaby, membuat Gema menoleh ke arah jendela.

"Bagusan yang itu atau yang ini?" Gema meraih lembut kedua pipi Gaby dan membuat wajah gadis itu menatapnya dari bawah.

Gaby mengembungkan kedua pipinya. Berhasil membuat Gema pusing akibat harus menahan nafsu untuk tidak mencium gadis itu.

"Jangan gitu, Sayang. Aku gak kuat jadi pengin makan kamu sekarang," bisik Gema, menyerah dan menyembunyikan wajah di pucuk kepala Gaby.

"Gema." 

"Hm?"

"Maaf, ya."

Gema menjauhkan wajah dari pucuk kepala Gaby dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu.

"Kok gitu ngomongnya? Kamu gak ada salah apa-apa sama aku," ucap Gema berbisik. Menatap intens wajah Gaby dari dekat.

"Aku kadang gak bisa bales ucapan sama perlakuan kamu yang manis ke aku. Aku takut kamu ngiranya aku belum cinta sama kamu. Padahal--"

Gaby menggantungkan ucapannya akibat tatapan Gema semakin dalam padanya dan ia mengalihkan netranya ke arah lain.

"Padahal?" tanya Gema penasaran. Tapi Gaby tak kunjung menjawab dan menatapnya. "Padahal apa, sayang?"

Gaby melipat bibir. Perlahan pipinya mulai bersemu kemerahan saat merasa deru napas Gema beraroma mint menerpa wajahnya.

"... udah cinta sama kamu," lanjut Gaby amat pelan tanpa menatap manik Gema.

Lelaki itu tertawa kecil melihat gadis di depannya yang pipinya begitu merah seperti kepiting rebus.

Cup!

"Lucu banget sih istri aku." Bisiknya sambil mencuri kecupan tepat di pipi Gaby. Berhasil membuat gadis itu menyembunyikan wajah di dadanya.

•••••

"Sayangg. Di kamar aja sama akuu," panggil Gema dari dalam kamar villa, melarang Gaby untuk merapikan barang bawaan di depan ruang televisi.

Setelah 7 jam perjalanan lamanya, akhirnya mereka sampai di villa. Papa kini tengah merokok di dekat kolam renang sambil bermain ponsel.

Sedangkan Gema baru saja terbangun dari tidurnya di siang hari begini. Dan Gaby baru saja menyelesaikan kegiatannya merapikan koper dan barang bawaan.

Ia masuk ke dalam kamar menghampiri Gema yang berguling ke sana-sini sampai tubuh itu tergulung dengan selimut.

"Ngapain kayak gitu?" Gaby terkekeh. Membuat Gema menghentikan kegiatannya dan menoleh ke sumber suara.

"Kamu di sini aja ... temenin aku," pinta Gema merengek manja. Tangannya menepuk-nepuk kasur, menyuruh Gaby untuk berbaring di sebelahnya.

"Papa ke mana?" tanya Gema.

Gaby kini terduduk di kasur sambil bersandar di kepala ranjang. "Lagi ngerokok di deket kolam. Kamu mau juga?" tanyanya meledek pada Gema.

Gema langsung menggelengkan kepalanya kuat. Ia mengubah posisinya menjadi tertidur di atas paha Gaby yang terlihat jelas akibat gadis itu memakai kaos kebesarannya dan hot pants yang lebih pendek dari kaos.

Wajahnya lekat menatap Gaby dari bawah sambil memutar-mutar jari di perut gadis itu.

"Kalau kamu hamil kayaknya lucu," gumam Gema. Namun lelaki itu langsung tersadar. "Eh, tapi aku gak maksa kamu, ya. Aku beneran gak maksa kamu."

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang