69

2.3K 52 15
                                    

"Mmiiihh!"

"Iya? Sini duduk," ujar Gaby menyuruh balita itu menghampirinya.

Dengan lucu balita itu berjalan tertatih-tatih dan menyeimbangkan tubuh berisi untuk menuju pangkuan ibunya.

"Gio mau apa, hm?"

Tangan kecil itu menepuk-nepuk pelan dadanya. Ternyata anaknya meminta susu. Ia hampir lupa memberi ASI pada Gio karena hari ini disibukkan dengan bimbingan skripsi di kampus.

Gaby terduduk di sofa yang berhadapan dengan televisi. Sambil melihat berita, tangannya tak henti menyurai lembut rambut anak lelakinya itu.

Ting!

Bel berbunyi. Ia hendak beranjak namun Bi Hera lebih dulu menahannya dan wanita itu pun membukakan pintu.

Bi Hera bekerja di sini karena suruhan Bunda. Terkadang Bunda, Tante Deca, dan Papanya juga ke sini untuk melihat anaknya.

"Fernando?" beo Gaby, melihat kehadiran lelaki itu di ambang pintu.

"Anak lo udah gede juga," ucap lelaki itu dan dengan santainya ia berjalan menuju sofa. Lalu terduduk di samping Gaby.

Untung saja Gaby menyusui anaknya tidak sedang memakai tanktop.

"Sorry gue baru bisa ke sini. Gue cuman mau minta maaf sama lo, dan turut berduka cita, ya ..."

Gaby menoleh singkat lalu tersenyum simpul.

"Tepat dua hari setelah kepergian Gema, ternyata Arza juga pergi ninggalin gue selamanya. Dokter bilang penyakitnya udah nyebar ke mana-mana dan harus di opname lagi," cerita Fernando.

"Malem sebelum di opname, dokter bilang kalau denyut nadi Arza udah gak ada."

Mata dan hidung Gaby memerah mendengar cerita dari Fernando. Entah apa yang membuatnya sedih, tapi ditinggalkan orang untuk selamanya itu menyakitkan dan sulit mengikhlaskan.

Fernando tertawa miris. "Gue ke sini sebenernya mau nyampein sesuatu dari keluarganya Arza buat lo."

"Ibu bilang apartment ini Gema beli buat bantu pengobatannya Arza. Jujur gue gak tau kenapa bisa se-pinter itu Gema nutupin identitas buat beli apartment ini yang gue promosiin di website."

Satu tangan Gaby memberi isyarat pada Fernando agar berhenti berucap sejenak.

"Bi Hera," panggil Gaby pelan. Bi Hera datang, dan ia pun memberikan Gio yang sudah tertidur pulas. Meminta tolong Bi Hera untuk menaruh Gio di kamarnya.

"Jadi apartment ini punya Arza yang dijual sama kamu?" tanya Gaby, yang sudah sepenuhnya menatap Fernando.

Fernando mengangguk. "Ibu nyuruh gue buat jual aset terakhir yaitu apartment ini yang Arza punya buat pengobatan ke Canada."

Gaby mengusap-usap wajahnya yang memerah menahan tangis.

"Gema juga sempet nolongin pengobatan Arza. Dia transfer ke rekening gue waktu itu. Dan bodohnya gue masih jahat ke dia. Gue bener-bener minta maaf, Byy ..."

"Kamu minta maaf juga percuma, Fer. Gema udah gak ada."

Fernando menunduk sejenak. 

"Ibu bilang apartment ini sepenuhnya udah milik lo dan atas nama lo. Mereka juga gak mau lo bayar sewa lagi karena udah lebih dari cukup Gema bantu Arza selama ini."

Gaby terisak. Berarti selama ini Gema berbohong yang katanya apartment ini milik Reno, tapi ternyata milik Arza.

"Di awal pembelian apartment ini bukan atas nama Gema, By. Makanya gue gak curiga ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang