"Kamu udah sarapan belum?" tanya Ayden menarik tas Delisha, saat gadis itu hanya diam dan seperti mayat mau hidup kembali.
Delisha langsung berjalan ke kelasnya. Biasanya dia akan bersemangat. semangat belajar, mengucapkan selamat tinggal untuk Cheryl, tapi kali ini dia hanya diam.
Delisha seperti orang hidup segan mati tak mau.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Ayden gondok. Delisha masih bungkam.
Gadis itu langsung berjalan ke kelasnya saat Arion sudah berdiri di depan pintu dan tersenyum pada Delisha, tapi senyumnya memudar saat melihat Ayden.
Di sekolah tidak ada yang berani mendekat apalagi menggoda Delisha, Ayden langsung memberi tatapan maut dan semuanya langsung kicep.
Biasanya Arion akan menggoda Delisha ketika sedang belajar atau tak ada guru yang masuk.
Delisha meletakan tas di atas meja dan duduk. Dia langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Masih terngiang di kepalanya jika selalu ada hal yang membuat dirinya menyesal terlahir ke dunia.
"Gue barusan beli. Lo mau?" tawar Arion.
Delisha mengangkat kepalanya dan melihat Arion yang menyodorkan cokelat batang. Gadis itu tetap mengambilnya dan memasukan dalam tas.
Di antara semua laki-laki yang menyukai dirinya hanya Arion yang terang-terangan mendekati Delisha, tapi Delisha tak pernah merespons apa pun. Kehidupan remaja adalah masa penuh drama percintaan, tapi Delisha merasa bukan porsinya untuk merasakan drama tersebut.
Arion langsung duduk di samping Delisha. Dia akan memberi segala perhatian pada Delisha, walau Delisha tak pernah meresponsnya. Masih ada waktu lima menit sebelum bel berbunyi.
Arion tidak jelek. Dia cukup tampan dan keren. Tapi Delisha tidak akan merasakan masa remaja yang seperti itu lagi. Dia sudah punya anak.
Delisha hanya memandang teman sekelasnya, andai cowok ini tahu jika di rumah sana ada seorang bayi merah yang baru Delisha lahirkan. Seorang anak yang hadir karena kebodohannya, walau ia bersyukur sekarang.
"Makan dong cokelatnya." Arion mencolek-colek tangan Delisha. Gadis itu langsung menatap laki-laki itu horor.
"Woy biji ketapang! Ngapain lo di situ? Lo nggak pernah merasa tulang patah?" bentak Ayden.
Delisha langsung mengurat dadanya ketika Ayden masuk dan membentak Arion. Cowok itu langsung bangkit dari bangkunya dan berlari terbirit-birit ke luar.
Sebagai kakak kelas, Ayden sering berbuat semena-mena, walau dia lebih menggunakan kekuasaan itu agar jangan ada laki-laki yang mendekati Delisha. Selain karena tak suka, Ayden ingin menjaga Delisha agar identitas gadis itu tidak ada yang tahu.
Saat istirahat, Ayden langsung menjemputnya gadis itu di kelas, dan pergi ke kantin atau duduk di suatu tempat.
"Ngapain dia?" tanya Ayden masih dengan suara mode galak.
Delisha mengangkat alisnya saat cowok itu duduk di sampingnya, dan memberi sebungkus makanan. Sepertinya Ayden membeli makanan untuk Delisha. Delisha memang belum sarapan, gadis itu sedang diserang beban pikiran yang hebat, tapi dia harus tetap pergi ke sekolah.
"Nggak usah dilayan! Kalau dia dekat lagi bilang aja, biar aku patahkan tulangnya."
Delisha hanya memutar bola matanya malas.
"Belajar yang benar," pesan Ayden menepuk-nepuk kepala Delisha.
Gadis itu diam, dan melihat punggung Ayden yang menjauh.
💰💰💰💰💰💰💰💰
"Kamu kenapa, sih?" tanya Ayden tak sabaran saat melihat Delisha terus terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Teen Fiction"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...