CH. 29

1.7K 69 6
                                    

Delisha akhirnya memboyong Oma kembali ke kota sebelumnya. Mereka menempati sebuah rumah yang tak terlalu besar. Delisha tidak akan pernah kembali ke rumah para iblis itu.

Hari pertama sekolah sebagai siswa SMA. Delisha memilih sekolah satu gedung dengan Ayden. Gadis itu hanya berpenampilan sederhana, walau dia tahu banyak laki-laki yang akan suka padanya.

Kata orang, masa SMA adalah masa-masa paling indah saat sekolah, setelah kuliah akan disibukkan dengan banyak tugas bukan hanya masalah percintaan.

Delisha melihat penampilannya di cermin. Tak ada yang spesial, dia juga tidak akan menonjol, hanya saja Delisha ingin punya teman agar tak terlalu kesiapan. Dia sudah menyiapkan banyak makanan untuk Cheryl. Sebenarnya sedih, tapi mau bagaimana lagi, tuntutan hidup harus seperti ini.

"Pagi, Sayang," sapa Delisha mencium Cheryl yang bangun baru selesai dimandikan Oma.

Dia begitu bersemangat belajar, cepat lulus, kuliah, lulus, kerja dan memberi kehidupan yang layak buat Cheryl. Fokus Delisha adalah masa depannya dan Cheryl.

"Sarapan sana. Belajar yang betul, Oma tidak membenarkan kamu berduaan dengan Ayden terus. Jangan sampai hamil lagi, Oma buang nanti," peringat Oma.

Delisha hanya tersenyum kecil. Dia juga bukan orang bodoh lagi. Dia bisa belajar kesalahan yang pernah terjadi.

Delisha minum susu ibu menyusui dan makan roti. Dia sudah menyiapkan sebaik mungkin segala kebutuhan agar tidak ada yang ketinggalan dan keteteran.

Oma menyiapkan semuanya dan membeli semua peralatan terbaru. Delisha cukup percaya diri sekarang,  mungkin akan sedikit membuka diri dan bergaul bukan seperti dulu saat dia masih SMP. Dia bisa seperti remaja normal lainnya walau dia harus menutupi rapat fakta punya anak semuda ini.

"Pagi, Oma," sapa Ayden.

Delisha menoleh pada Ayden yang masuk tiba-tiba seperti pencuri. Walau Ayden brengsek, tapi dia bisa membuat Delisha bangkit dan bisa sedikit percaya diri sekarang.

"Hi, bayi cantik." Ayden mencium Cheryl.

"Udah siap, belum?" tanya Ayden sambil mengacak rambutnya. Delisha menatap jengkel. Rasanya tak tahan untuk mencium anak orang, Delisha makin cantik di tiap detiknya. Gadis paling cantik yang pernah dia temui seumur hidup.

Delisha harus mengakui Ayden begitu wangi pagi ini, penampilannya lebih rapi dan keren sekarang.

"Dikit lagi." Ayden langsung memakan roti yang Delisha pegang membuat gadis itu kian mendengkus kesal.

Berkali-kali Delisha mencium Cheryl seperti tak ingin melepaskan bayinya. Ini adalah waktu terlama Delisha meninggalkan Cheryl dan akan terjadi setiap hari selama dia sekolah.

Semoga Cheryl bayi yang kuat.

💰💰💰💰💰💰💰

"Belajar yang benar," pesan Ayden.

Delisha hanya menatap Ayden yang membuka helm motor miliknya dan berpesan seperti orang tua pada anaknya.

Delisha tiba-tiba melihat dua saudarinya Meisha dan Geisha. Delisha akan satu gedung bersama kakaknya. Ibunya juga melihat Delisha, dan menatapnya makin jijik. Hati Delisha mencelos. Sampai kapan dia akan dianggap jijik oleh mereka? Delisha tak pernah minta dilahirkan.

Tapi fokus Delisha sekarang adalah pada Cheryl. Tidak apa orang memandangnya rendah karena punya anak usia 14 tahun, tapi Delisha bersyukur anak itu hadir di hidupnya.

"Ikut MOS ya? Langsung ke aula aja." Ayden menemani Delisha ke dalam aula.

Saat keduanya berjalan banyak yang memandang. Entah iri atau tak suka, walau Delisha tahu itu adalah tatapan iri bagi yang tak mengenal dirinya. Baru masuk sekolah sudah punya gandengan. Ayden sangat tampan dan populer di sekolah ini.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang