Delisha merasa jika hubungannya bersama Ayden mulai toxic. Hal ini tak baik buat dirinya dan juga tak mau berdampak buruk bagi perkembangan putrinya.
Dia tak mau bertengkar terus bersama Ayden dan melampiaskan ke Cheryl. Delisha tak mau jadi ibu yang temperamen.
Mereka bisa bertengkar, setelah itu baikan lagi dan berulang kali hal itu terulang, Delisha sudah memikirkan hal ini berkali-kali, takut menyesal, banyak hal dia pikirkan. Tapi ada saat di mana dia memutuskan hal paling bodoh dalam hidupnya, berpisah dari Ayden.
Kedengarannya konyol, tapi Delisha rasa ini yang terbaik. Dia ingin fokus ke pertumbuhan Cheryl yang semakin besar dan fokus pada kuliahnya yang semakin hectic. Biarkan mereka mengurus hidup masing-masing dari sekarang.
"Aku memang egois, tapi aku mau kita udahan! Aku mau putus!" ucap Delisha dengan getir, tapi menyayangi cowok ini tapi bertahan dengan hubungan toxic rasanya sangat melelahkan.
Ayden hanya menatap gadis bodoh ini tak percaya. Dari dulu dia selalu bersikap ceroboh yang merugikan dirinya sendiri.
Selain hubungan toxic, Delisha semakin muak dengan Maura yang suka menerornya. Menyuruh Delisha mundur dan urus anak karena Ayden masih muda dan bersenang-senang dengan teman-temannya dan Ayden akan menjadi pacarnya.
Delisha tak pernah menggubris si ulat bulu itu. Memangnya dia pikir Delisha nenek-nenek peot yang sudah menopause?
Jika punya anak begini, kenapa pihak wanita yang selalu disalahkan dan jadi lemah? Padahal semua itu kesalahan bersama.
"Lisha!" tegur Ayden masih speechless, si cantik bodoh ini bisa mengatakan kalimat laknat tadi.
Delisha menggeleng. Dia menyanyangi laki-laki ini, tapi bertahan di hubungan yang toxic seperti ini tak bisa dia teruskan yang membuat orang lain rugi apalagi dirinya.
"Kenapa? Kenapa kamu selalu bersikap bodoh?" tanya Ayden geram.
"Dari dulu aku selalu bodoh, kan?" balas Delisha tak mau kalah.
Ayden hanya diam. Kenapa para wanita sangat bodoh dan bersikap seenaknya? Delisha tak pernah memahami dirinya dan menuntut agar selalu dimengerti.
Ayden memegang tangan Delisha, gadis cantik itu hanya menunduk dan mendongak menatap lawannya, dia mencintai Ayden tapi bertahan karena cinta saja tidak cukup. Lebih baik memang mereka jalan sendiri-sendiri.
"Jangan bersikap gegabah. Kamu akan menyesal sendiri."
Delisha diam, dia tahu dia akan merasakan hal ini. Ayden memegangi pipi Delisha. Cantik. Itu yang selalu dia katakan saat melihat Delisha, gadis bodoh ini sangat cantik, tapi otaknya tidak ikut cantik.
"Jangan gitu, fokus ke kuliah kamu dan Cheryl. Jangan merasa terbebani dengan ini."
"Nyatanya aku terbebani. Aku mau break, biarkan aku memikirkan semua ini dan akhirnya bisa mengambil semua keputusan ini," jelas Delisha.
"Kamu akan menyesal, Lisha!" peringat Ayden.
Delisha tahu dia akan menyesal, tapi beri dia waktu untuk berpikir dari semua ini. Perasaan marah dan mengebu-ngebu itu masih berkumpul di dadanya.
"Ya! Biarkan aku memikirkan sendirian."
💰💰💰💰💰💰💰
Hari ini Delisha mengantarkan Cheryl masuk Taman Kanak-Kanak.
Bahkan antusiasme Cheryl begitu luar biasa. Dia bukan memikirkan belajar apa tapi sibuk dengan semua mainan dan memasukan dalam tasnya, Delisha menyiapkan bekal untuk Cheryl dibawa ke TK Cheryl.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Teen Fiction"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...