Manusia adalah makhluk paling menjijikan.
Rasa-rasanya semua yang dia bicarakan benar adanya. Orang-orang di sekitar dengan menjijikan membuat dirinya tak layak jadi manusia.
Delisha memang belum dewasa dan masih anak-anak, tapi ditempah untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Ia harus bersikap dewasa, harus menghadapi masalah orang dewasa.
Orang yang membuatnya hancur, sekaligus orang itu yang paling menenangkan dirinya sekarang.
Delisha tak tahu sudah berapa lama dia menangis karena merasa sakit hati. Padahal rencananya ingin mengakhiri hidup dan sekarang berakhir menangis di pelukan Ayden. Cowok ini yang membuatnya jadi manusia tak berharga, tapi juga seolah dialah satu-satunya pelariannya.
"Gue memang naif karena nggak bisa melawan orang tua gue," ungkap Ayden.
Delisha hanya menangis walau Ayden seperti berusaha menghiburnya. Harusnya gadis itu membenci cowok ini, nyatanya dia masih membutuhkan laki-laki ini juga.
Orang yang membuat dirimu hancur dan dia juga yang membuat kamu merasa bergantung padanya.
"Udah nangis aja jangan ditahan. Keluarkan semuanya." Ucapan itu membuat Delisha kian menangis hebat.
Gadis itu masih bersandar di dada Ayden, tangan cowok itu terus mengelus-elus rambutnya. Mereka adalah dua anak remaja bodoh yang terjebak dengan masalah orang dewasa.
Delisha masih sakit hati. Ayden juga masih memikirkan ini dan belum berani pulang ke rumahnya, dia yakin satu batang kayu akan habis karena murka orang tuanya.
Kenapa orang-orang dewasa selalu bertingkah menjijikkan? Orang tuanya yang iblis, dan sekarang orang tua Ayden yang sebelas-dua belas. Delisha jadi bertanya jika sudah menjadi orang tua apa dia juga akan menjadi kejam?
Delisha harusnya membenci Ayden, tapi lihatlah sekarang dia malah meringkuk nyaman di dada cowok ini, kenapa dia begitu bodoh?
Masih dengan tangisan yang berkesudahan Delisha terus merenungi nasib, apa dia tak layak hidup? Apa dia tak layak bahagia? Harusnya saat-saat seperti ini ia fokuskan untuk belajar atau menyiapkan mental punya anak begitu muda, tapi dia malah dibenci dan dikucilkan oleh orang-orang yang harusnya berpotensi untuk memeluk dirinya di saat ia rapuh.
Benar kata orang, orang-orang terdekatmu adalah orang yang berpotensi untuk menyakiti kamu lebih dalam.
"Kalau udah selesai nangis, makan dulu."
Delisha menarik kaos putih Ayden dan membuang ingusnya. Matanya terasa begitu perih dan bengkak sekarang.
💸💸💸💸💸
Sebelumnya...
"Aku benci kamu! Jangan ganggu aku lagi!" teriak Delisha murka di depan pagar rumah Ayden ketika melihat cowok itu.
Setelah perkataannya yang begitu berani pada Ibu Ayden, gadis itu langsung berlari keluar dari rumah keluarga iblis tersebut dan Ayden langsung menarik dirinya.
Mungkin saja Ayden marah karena mendengar percakapan antara Ibu Ayden dan dia begitu berani mengatai wanita dewasa itu.
"Gue mengerti perasaan lo," papar Ayden.
Delisha menggeleng. Tidak! Tidak ada yang mengerti perasaanya! Tidak ada yang mengerti keresahannya!
"Tidak ada yang mengerti perasaan aku karena kalian semuanya iblis!" desis Delisha tertunduk dan menangis.
Ayden langsung membawa gadis bodoh itu dalam dekapannya. Dia juga stress mengatasi semua masalah, Delisha yang tak bisa diajak kerja sama, orang tuanya yang seperti tai kambing—begitu menyulitkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Fiksi Remaja"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...