CH. 38

1.5K 61 7
                                    

Demi mengibur hatinya yang gundah gulana, Delisha ingin memanjakan diri. Bosan juga di rumah sakit, kesembuhan Oma berjalan di tempat.

Tak ingin memikirkan Ayden, tapi cowok itu beneran menghilang. Delisha mencoba untuk menghilangkan semua perasaan buruk, nyatanya tak bisa.

Hari ini Delisha ingin mengunting rambutnya dan juga rambut Cheryl. Mereka akan memangkas rambut dengan model yang sama.

Dengan tas sandang putih, Delisha keluar dari rumah sakit bersama Cheryl. Cheryl adalah alasan di balik semua alasan dia bertahan dengan semua hal sial yang menimpa hidupnya.

Delisha masuk ke dalam elevator dan memegang tangan Cheryl. Merasa Dejavu, saat di mencoba menelpon Ayden dan berakhir ponsel cowok itu tak aktif hingga sekarang. Menarik napas panjang dan menunduk menatap wajah cantik Cheryl. Melihat wajah Cheryl seperti ada obat sendiri buatnya.

Jika memang seluruh dunia tak suka padanya, Delisha akan bertahan bersama putrinya.

Mereka naik transportasi umum, Cheryl begitu bersemangat, Delisha jadi melupakan Ayden sedikit walau tetap kepikiran. Delisha merasa hidupnya sepi tanpa Ayden.

"Cheryl mau pake cat kuku?" tanya Cheryl.

"Yang pink," jawab Cheryl tersenyum lebar. Dia benar-benar obat buatnya.

Delisha mengulas senyum. Keduanya kompak memberi cat kuku warna, terlihat seragam, begitu cantik dan cantik.

"Coba lihat punya Cheryl."

Cheryl menunjukan jari-jari mungilnya dengan cat kuku berwarna pink, Delisha tersenyum dan mencium putrinya.

Keduanya memotong rambut sama. Delisha juga ingin mencari suasana baru dari penampilannya.

Cheryl tersenyum dengan gigi susu kecil miliknya yang terlihat lucu dan mengemaskan, Delisha makin bangga terhadap putrinya.

"Habis ini mau makan di taman?" tanya Delisha lagi. Cheryl tersenyum dan mengangguk.

Delisha membawa putrinya membeli makanan dan makan di taman hanya berdua. Membeli ayam goreng cepat saji dan minuman dingin rasa strawberry untuk mereka berdua.

"Semoga Oma cepat sembuh ya, Sayang."

Cheryl menatap ibunya dengan sepasang mata polos tersebut tapi dia seperti tahu apa yang Delisha maksud.

"Oma sakit?"

"Ya, Oma sakit. Kalau Oma udah sembuh kita jalan-jalan sama Oma."

"Oma pakai ini?" tanya Cheryl menunjukan jari-jari tangannya yang berwarna.

Delisha menggeleng, tapi akhirnya mengangguk juga. "Ya, nanti Oma juga pakai. Oma kita cantik, kan?"

"Mami cantik," puji Cheryl.

Ucapan polos itu membuat bulir-bulir bening tersebut merembes. Ya Tuhan, Delisha tak pernah salah untuk mempertahankan anak ini. Jadi teringat beberapa tahun silam saat Ayden mengajak Delisha ke sebuah rumah angker dan ingin membuang Cheryl. Tapi dia bertahan! Dia ingin mempertahankan anak ini, walau seluruh dunia mengejeknya.

Delisha bisa membuktikan seluruh pengorbanan yang dia lakukan berbuah manis. Cheryl adalah jawaban manis dari perjalanan pahit yang dia rasakan selama ini.

"Ayo, cium Mami," pinta Delisha.

Cheryl bangun dan mencium ibunya. Delisha tertawa kecil dan memangku Cheryl sambil menyuapi anaknya.

"Mami, Papa!"

Wajah Delisha yang ceria langsung berubah sendu. Ah, dia tidak mengerti dengan laki-laki itu. Mungkin memang dirinya tidak diinginkan lagi. Sebenarnya dada Delisha begitu sesak, terasa menghimpit, tapi berkali-kali dia tepis perasaan buruk itu.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang