Dengan cepat Delisha berlari ke kamar tidak peduli dengan teriakan apa pun, dengan cepat mengunci pintu dan meletakkan bayinya.
Saat melihat ponselnya berkedip gadis itu menyipit dan mengangkatnya.
"Mau ngapain?" tanya Delisha sambil menggigit kukunya.
Ayden menelpon ingin berjumpa, Delisha tak bebas untuk keluar karena belum berani menghadapi kenyataan ini. Gadis itu menoleh ke arah anaknya yang sedang tertidur pulas. Kegiatan Baby Cheryl hanya tidur dan terus tertidur.
Gadis itu mengelus-elus pipi bayi merah itu dan tersenyum. Dulu dia menganggap kehamilan ini musibah, tapi sekarang ia bersyukur Cheryl hadir di hidupnya. Delisha akan menyanyangi Cheryl dengan sepenuh hati.
"Anak mami." Delisha masih mengelus-elus pipi itu dan kembali menciumnya, bayi satu minggu yang mengemaskan.
"Ih, Mami masih muda, tapi Mami senang Cheryl hadir di sini." Bahkan Delisha tak canggung untuk menyebut dirinya seorang ibu, dia bangga!
"Lisha!" tegur Ayden.
Delisha menatap layar ponsel dan melihat Ayden yang tak sabaran.
"Boleh nggak gue ke rumah lo?" Ayden meminta izin.
"A-aku nggak tahu. Aku belum laporan kalau aku bawa bayi ke rumah. Aku belum siap."
"Mau gue temanin bilang?" tawar Ayden. Delisha menggeleng.
"Nggak! Aku mau tenangkan diri, sebelum bilang ke mereka," jawab Delisha tak yakin! Delisha tak yakin jika bilang tanpa merasa gugup atau merasa bersalah karena tega membohongi semua orang.
Gadis itu langsung mematikan sambungan telepon dan menyusun barang-barang kebutuhan bayi. Dia akan berperan jadi ibu sekarang, Delisha belum memikirkan untuk sekolah karena masih fokus pada bayinya.
Lagian nasibnya belum jelas, orang tuanya belum tahu fakta yang sebenarnya, Delisha sudah sangat siap jika diusir jika semuanya terbongkar sekarang.
Gadis itu masih terduduk dalam waktu yang lama dan memikirkan banyak hal. Mengurus diri sendiri, mengurus bayi, belum sekolah. Sebenarnya Delisha ingin jujur ke Omanya karena wanita tua itu pasti mengerti dan menerima dirinya dan bayinya karena Delisha merasa nasibnya di rumah ini tidak lama lagi.
Gadis itu berdiri dan menyisir rambutnya, banyak rontok. Setelah melahirkan banyak sekali perubahan pada dirinya, tapi setelah ini dia bisa membenahi diri dengan anaknya yang cantik. Delisha akan merawat Cheryl dengan sebaik mungkin.
Gadis itu mengintip dari kamar dan melihat ada orang di luar karena dia mau memasak air panas untuk dirinya dan Baby Cheryl. Delisha masih disarankan untuk mandi air hangat terus.
"Bukan berarti punya anak dan dunia berakhir sampai di sini, kan?" tanya Delisha mencoba menyemangati dirinya. Perjalanan hidupnya masih panjang, sangat-sangat panjang.
Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dan berusaha tidak menimbulkan kecurigaan, dia akan menunggu di dapur dan disarankan untuk makan yang banyak kuah agar ASI-nya lancar.
Apa Delisha harus jujur? Karena mau disembunyikan bagaimanapun bangkai itu akan tercium, dia juga butuh support dari orang-orang di sekitarnya.
Delisha mulai merebus air dan duduk di kursi sambil menikmati air putih segelas, walau Ayden seperti menyusahkan tapi cowok itu berusaha agar semua kebutuhan Delisha dipenuhi. Banyak sekali drama yang terjadi di antara mereka.
"Lisha!" Delisha menunduk saat ayahnya menegur dirinya.
Akhirnya ia berani mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki dewasa di depannya, mereka yang membuat hidupnya terasa di neraka. Tapi Delisha tak mau memusingkan hal ini karena dirinya fokus ke bayinya dan dirinya yang perlu diperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Teen Fiction"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...