CH. 45

2K 53 6
                                    

Cheryl dan Delisha bertengkar. Masalahnya sepele, Delisha melarang Cheryl menyimpan perasaan pada Juna, sedangkan Cheryl merasa tidak ada yang boleh mengatur tentang perasannya. Perasaan yang dia punya untuk Juna itu valid.

"Mami cuman mau jangan dekati Juna lagi dan tolong buang perasaan itu," pinta Delisha baik-baik.

"Atas dasar apa Mami melarangku?" tantang Cheryl.

"Aku Mamimu."

"Alasan yang konyol!" sinis Cheryl tersenyum meremehkan.

"Aku tahu yang terbaik buatmu!"

"Tapi tidak dengan melarang dan mengaturku!" pekik Cheryl menatap ibunya penuh permusuhan. Orang dewasa kenapa selalu bersikap egois? Padahal ini perasannya, kenapa harus diatur-atur?

"Apalagi tentang perasaan aku. Ini bukan jaman dulu, sekarang semua orang bebas menaruh perasaan pada siapa aja," tambah Cheryl.

"Bagaimana Mami bilang kalau kamu dan Juna saudara kandung? Ayah Juna, ayahmu juga!"

"A-apa?"

Cheryl langsung terkejut, merasa seperti tersambar petir. What the fuck? Apa-apaan ini? Belum juga sembuh luka lama karena sahabatnya ternyata menusuknya dan sekarang fakta sialan apalagi?

Delisha tersenyum.

Dia tahu, ini akan jadi beban buat Cheryl, tapi dia ingin Cheryl tahu dan mungkin sudah saatnya Cheryl mengenal langsung siapa ayahnya.

Delisha perlahan mendekati Cheryl yang langsung terdiam, dia akan memberi pengertian pada putrinya, sudah saatnya dia tahu semuanya dan menerima takdirnya.

"Sayang, Mami senang bangat anak Mami sudah besar. Mami bangga setiap saat melihat kamu tumbuh. Kayaknya baru aja kemarin kamu di perut Mami, sekarang sudah suka lawan jenis, bahkan-bahkan bisa nikah. Mami akan lakukan apa pun buat Cheryl, tapi tidak dengan Juna ya, Sayang," jelas Delisha lembut. Dia pandangi wajah cantik sang putri.

Cheryl terdiam, tapi air matanya meluruh. Delisha tersenyum hangat, senyum penuh keibuan dan memeluk Cheryl dan menghapus air mata putrinya, Cheryl adalah berlian mahal yang tak ternilai harganya. Delisha mengelus-elus rambut panjang Cheryl.

"Kamu bisa bicara ini sama Juna. Mami tahu ini berat, tapi anak Mami yang cantik bisa. Cheryl adalah anak yang hebat."

Cheryl memandang ibunya yang tersenyum hangat, senyum keibuan.

"Kalau pun mau, kamu bisa ketemu ayah kamu."

Bibir Cheryl seolah kelu dan bisu untuk mengatakan kata keramat tersebut. Ayah! Cheryl tidak familier dengan ayah, Cheryl tidak punya ayah dalam hidupnya, ayahnya tidak pernah memperhatikan tumbuh kembangnya.

Dada Delisha terhimpit, dia tahu di atas semua keegoisan semua ini adalah dirinya. Andai dia melunak dan menerima ajakan pernikahan Ayden yang sudah jutaan kali, mungkin Cheryl tidak akan merasakan sepihak seperti ini.

"Mami tidak memaksa jika kamu belum siap. Tapi, ayah kamu orang baik, dia tidak jahat," ujar Delisha.

Cheryl masih membisu. Tidak ada orang baik yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri, tidak ada orang baik yang tidak mengakui anaknya. Itu yang dapat Cheryl simpulkan, walau dia penasaran siapa sosok ayah tersebut.

Dia selalu bertanya-tanya bagaimana rupa ayahnya, walau tanpa disadari dia sering bertemu Ayden walau Cheryl tidak menyadari hal itu.

"Mau ketemu ayah?" tanya Delisha.

Cheryl mengangguk, Delisha tersenyum. Semua beban dan rasa bersalah yang ia rasakan seolah terbang, utangnya seolah lunas.

"Besok kamu akan ketemu ayah. Mami temankan, ada Juna juga di sana."

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang