CH. 10

7.6K 179 5
                                    

"Makan?" tawar Oma.

Aku menggeleng. Sudah seminggu terkurung dalam sangkar emas Oma. Harusnya aku merayakan bisa terbebas dari para iblis, tapi aku mengkhawatirkan sekolah.

Walau bukan orang yang berprestasi aku selalu mengutamakan pendidikan. Aku ingin menjadi orang yang terpelajar dan terdidik agar bisa dihargai orang ketika menginjak usia dewasa.

"Oma... Lisha mau sekolah."

"Pulihkan diri dulu. Kamu tak bisa terus bersama para iblis itu atau mau pindah sekolah?"

Aku tahu Oma sangat mengkhawatirkan kesehatan mentalku. Tapi, aku sebenarnya ingin meyakinkan Oma bahwa aku baik-baik saja.

"Oma... Lisha sebentar lulus sekolah. Saat masuk SMA, Lisha bisa pindah ke sini. Sekarang mau pindah nanggung, Lisha hitungan bulan sudah tamat."

"Bagaimana kalau mereka masih jahat sama kamu?" tanya Oma. Ya, Oma begitu protektif padaku.

Hanya terdiam, aku tahu tak ada jaminan untukku selamat dari Mama. Mama pasti akan menyimpan dendam lebih padaku, tapi aku juga harus sekolah. Sekolah tak bisa terbengkalai begitu saja.

"Lisha punya teman. Nanti Lisha akan main bersama teman Lisha. Dia baik, Oma, dia sering beri Lisha makan," jelasku dengan semangat.

Oma masih menatapku tak percaya. Tapi, aku masih memiliki sedikit keyakinan jika Ayden itu orang baik. Dia bisa menjagaku dan juga melindungiku. Jujur, aku merindukan dirinya. Dia juga beberapa kali mengirimkan pesan, walau aku tak membalasnya.

"Harusnya kamu kenalkan teman kamu sama Oma."

Aku membasahi bibirku. Luka di pergelangan tanganku sudah kering, walau tanganku masih diperban.

"Iya, Oma. Saat Oma ke rumah nanti Lisha kenalkan sama Oma. Dia masih sekolah juga, tapi lebih besar," ucpaku dengan berbinar. Ayden satu-satunya teman yang mau bersamaku.

Oma banyak memberiku pesan. Jangan telat makan, jangan begadang, banyak pesan yang Oma berikan. Walau, Oma seperti berat melepasku, tapi aku meyakinkan Oma untuk bertahan beberapa bulan dan aku bisa memulai hidup baru bersama Oma.

Oma memang hidup sendiri karena anak-anaknya tinggal di kota yang berbeda, walau aku tak terlalu mengenal anak-anak Oma yang lain. Aku memang selalu menjadi terbelakang dan terasingkan.

Aku memeluk Oma. Dia satu-satunya harapanku. Oma seperti matahari bagiku.

"Lisha bisa jaga diri," bisikku ke Oma yang seperti menahan tangisnya. Sebenarnya aku bukan anak manja yang sakit sedikit ingin dimanja, justru karena tak pernah mendapat perhatian aku merasa risih jika diperlakukan terlalu berlebihan.

Oma akhirnya kembali mengantarkanku untuk sekolah seperti biasa.

Walau aku juga merasa kasihan pada Oma yang tinggal sendiri. Oma hanya tinggal bersama asisten rumah tangga yang sudah dianggap keluarga sendiri, walau sudah tua, Oma cukup bisa untuk mengurus diri sendiri.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Dari semua aroma tubuh manusia, aku suka sekali aroma tubuh Ayden. Aroma tubuhnya bikin ketagihan.

Cowok ini memakai seragam sekolah. Rambutnya sedikit berantakan hari ini, walau tetap terlihat keren dan tampan seperti biasa. Harus kuakui dia memang tampan. Ayden tersenyum padaku, walau aku hanya memandangnya datar.

Saat pulang sekolah, aku hanya mengurung diri di kamar jangan sampai Mama melihatku. Oma juga banyak memberi uang hingga aku bisa makan enak sekarang.

Oma meminta agar banyak makan karena tubuhku sangat kurus. Oma bahkan membelikan aku susu penggemuk badan agar tubuhnya berisi.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang