"Timang-timang anakku sayang. Jangan menangis, Mami di sini."
Delisha menyanyi sambil tersenyum. Dia sedang bangga menjadi seorang ibu sekarang. Kegiatannya dihabiskan untuk mengurus Cheryl hingga ia tak lagi merasa kesepian atau terus meratapi nasibnya.
Delisha hanya perlu menerima semua ini dan mengurus anaknya hingga besar walau orang-orang di rumah ini belum tahu tentang status anaknya. Mereka mengira anak pungut sungguhan dan menyarankan Delisha untuk lapor polisi.
"Kamu udah mau besar. Bentar lagi bisa jalan, bisa nyanyi, bisa ngomong. Tetap jadi anak kesayangan Mami." Delisha mengendong Cheryl dan menowel-nowel pipi bayi itu yang sedang menyedot makannya.
Saat melihat Cheryl, Delisha otomatis tersenyum dan semua rasa capek, rasa ingin marah, rasa ingin mengeluh menguap.
"Kamu sumber kekuatan Mami," bisik Delisha sepenuh hati pada anaknya.
Sekarang hari Minggu, semua orang berkumpul di rumah. Sebelum para penghuni bangun Delisha sudah bersiap duluan, dia memasak untuk dirinya dan langsung membawa ke kamar agar tidak merasa kelaparan karena ada dua perut yang harus dipikirkan sekarang.
Masih terlalu pagi, Delisha sebenarnya ingin membawa Cheryl keluar untuk menjemur bayi ini di bawah hangatnya mentari pagi, tapi akan banyak orang yang melihatnya atau tatapan sinis dari orang-orang pada dirinya karena bersikap aneh.
Delisha tahu mau bersikap normal seperti yang orang normal juga dia tidak akan bisa.
Gadis itu jadi teringat jika Cheryl punya ayunan baru. Ayden baru saja membelinya, Delisha langsung bangun dan memasang ayunan bayi berwarna biru yang dia lihat di petunjuk cara menggunakan agar Cheryl bisa nyaman tertidur di sini.
Delisha langsung meletakan Cheryl di atasnya dan mengambil gambar karena Ayden sedikit cerewet. Sedikit-sedikit minta PAP entah Cheryl tidur, Cheryl mandi, Cheryl makan. Mungkin galeri cowok itu penuh dengan wajah bayi Cheryl.
Ayden: Anak kita cantik kayak Maminya.
Bibir Delisha tanpa sadar terangkat. Walau Ayden brengsek di awal tapi sekarang mereka sama-sama belajar bagaimana menjadi orang tua muda dan berusaha menerima takdir apa yang terjadi dalam hidup keduanya.
Delisha duduk di samping Cheryl yang makin tak sadar dengan ayunan barunya. Gadis itu membaca buku.
Delisha jadi suka baca buku, buku motivasi, buku parenting. Pikiran Delisha benar-benar terbuka dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Gadis itu melihat Cheryl sudah nyaman dan berbaring sendiri dan membaca buku. Bagaimana menerima takdir dari alam semesta.
Delisha hanya memandangi layar di depannya dengan wajah biasa saja, tidak tertarik sama sekali saat melihat panggilan masuk dari Ayden. Cowok itu sudah tersenyum seperti orang gila.
"Cheryl mana?" tanya Auden.
"Tidur."
"Oh iya, bayi tidur terus ya. Lo udah makan?" Auden kembali bertanya seperti biasa dan Delisha dengan segala jawaban cuek yang diberikan.
"Udah."
"Udah mandi?"
"Iya."
Ayden udah hafal jika Delisha itu sangat cuek dan selalu menjawab seperlunya, terlalu banyak hal yang menganggu pikirannya. Padahal dia sudah meyakinkan gadis bodoh ini berkali-kali untuk tak usah dipikirkan, jalani semuanya saja karena ini sudah takdir hidup mereka. Hidup mereka masih sangat panjang dan belum berakhir di sini.
"Lo mau tidur? Cheryl semalam ngajak begadang?"
"Iya," jawab Delisha singkat.
Ayden hanya mengangguk, walau dia tidak melihat langsung tapi kadang dichat Delisha dan dibalas gadis itu tengah malam karena terjaga dan menyusui Cheryl. Bahkan Cheryl bisa susu semalam suntuk membuat Delisha ikut tertidur walau dia takut Cheryl tersedak karena kebayankan minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Fiksi Remaja"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...