CH. 36

1.7K 56 4
                                    

Delisha masih malas, sangat malas untuk melihat Ayden, tapi cowok itu seperti tak punya urat malu. Dilarang seperti apa pun tidak berpengaruh apa-apa.

Dia juga tak tega saat melihat Cheryl begitu ceria menyambut Ayden dan keduanya bermain-main, Ayden melempar Cheryl ke udara dan bocah cantik itu tertawa dan meminta terus-terusan.

Gadis itu hanya berdiri dengan gaya tangan di depan dada dan memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut.

Ayden berbalik dan tersenyum pada Delisha. Hari ini cuaca begitu cerah, seperti mood Cheryl yang selalu ceria. Bocah yang tidak tahu bagaimana hati gundah gulana.

"Mami Cheryl cantik bangat," puji Ayden tulus.

Delisha berbalik dan menatap Ayden. Banyak yang bilang dirinya cantik, dia merasa biasa saja. Tapi, saat Ayden memuji dirinya cantik, sangat berefek Delisha merasa jadi wanita cantik sekarang.

"Tuh lihat, di atas ada burung," tunjuk Ayden.

Cheryl dan Delisha sama-sama melihat ke atas langit. Tiba-tiba Delisha merasakan sebuah daging lembut dan kenyal mencium pipinya. Diam-diam Delisha mencubit pinggang Ayden karena kesal.

"Kamu cantik bangat, Lisha," bisik Ayden.

Delisha kesal, tapi diam-diam dia mengulum senyumannya.

"Dasar gembel! Eh gombal. Nggak mau!" Delisha mengejek Ayden dengan memeletkan lidahnya dan berlari. Ayden berdiri dan tersenyum. Mengemaskan.

"Ayo, Cheryl sama Mami," pekik Delisha.

Cheryl langsung  meloncat turun dari gendongan Ayden dan mengejar ibunya. Delisha tertawa melihat Cheryl yang hanya ikut-ikutan tapi begitu bersemangat.

"Nanti kalau Papa datang, gelitik perutnya, ya," bisik Delisha mengajak pada sebuah kejahilan.

Keduanya bertos ria dan terkikik bersama. Dada Ayden mengembang bahagia. Dua wanita yang paling berharga di matanya, Delisha dan Cheryl adalah sosok nyata jika bidadari itu ada. Dua bidadari dunia yang membuat hidupnya terasa lengkap, terasa sangat berwarna. Dia ingin melindungi dua wanita cantik ini, dia ingin jadi orang pertama yang mengulurkan tangan saat mereka membutuhkan bantuan.

Ayden mendekat. Matanya tak lepas melihat Delisha yang berdiri dan tak berhenti tersenyum sangat cantik. Gadis bodoh itu sangat cantik. Ayden adalah orang yang tak begitu lugas memuji orang, tapi Delisha mematahkan semua itu.

"Sudah siap?" tanya Delisha mengedipkan sebelah mata pada putrinya.

Cheryl mengangguk antusias. Kedua wanita cantik itu berlari dan kompak menggelitik perut Ayden.

Ayden harus pura-pura terjatuh ke tanah agar mereka senang dan puas. Dengan gaya sigap, Cheryl langsung naik ke perut Ayden dan menggelitik dengan tangan mungilnya. Delisha langsung memeletkan lagi lidahnya ke arah Ayden saat cowok itu menatapnya melas menyuruh berhenti.

Sekarang Cheryl meloncat-loncat di perut Ayden. Delisha tertawa lepas. Ayden tersenyum, dia ingin senyum dan tawa selalu menghiasi wajah mereka. Tak ada lagi kesedihan, Delisha berhak untuk bahagia, berhak melihat dunia lebih baik lagi.

"Aduh! Usus Ayah putus nih. Aduh beneran." Ayden pura-pura mengadu memegang perutnya membuat Cheryl menghentikan aksinya. Cheryl menoleh pada Ibunya menunggu perintah.

"Serbuuuu!" seru Delisha, Cheryl lebih dari semangat semakin menggelitik perut ayahnya.

"Cium papa," pinta Ayden.

Cheryl mencium pipi ayahnya. Ayden bangun dan mencium Cheryl. Delisha suka melihat interaksi ayah dan anak tersebut. Ayden menyayangi Cheryl.

Dulu dia merasa dunianya berhenti saat tahu akan punya anak di usia yang begitu muda, tapi sekarang dia merasa jika kehadiran Cheryl untuk mengobati semua luka yang dia rasakan selama ini.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang