CH. 35

1.8K 61 7
                                    

"Mami!"

Delisha hanya diam saat Cheryl naik ke pangkuannya dan menjambak-jambak rambut ibunya, memainkan bibir Delisha yang hanya duduk seperti patung dan tidak bersemangat melakukan sesuatu.

Orang-orang di sekitarnya selalu membuat dirinya terpuruk, seolah dia tak boleh berbahagia sedikit saja.

Alam bersekongkol dan langsung merebut kebahagiaan yang baru saja dia rasakan.

"Mami!" tegur Cheryl lagi.

Delisha mengalihkan pandangannya dan menunggu Cheryl berbicara. Tuntutan orang-orang di sekitarnya membuat dia stress sendiri.

Ayden menyuruh agar jangan peduli dengan kata-kata orang, kelakukan orang-orang di sekitarnya menuntut agar Delisha mengambil tindakan bukan seperti patung yang Ayden instruksikan.

"Apa, Nak?" tanya Delisha lembut saat putrinya tak kunjung bicara. Sepertinya Cheryl hanya ingin bermanja-manja setelah melihat ibunya hanya terdiam.

Cheryl sekarang menggelayut di leher Delisha seperti anak monyet.

"Mami!"

Delisha menunduk melihat sepasang mata polos hitam itu. Dia sayang sekali terhadap anaknya dan akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan Cheryl.

Cheryl mencium pipi Delisha membuat gadis itu tersenyum dan kembali mencium Cheryl bertubi-tubi di seluruh wajah putrinya.

Cheryl makin pintar dan cerewet. Terkadang Delisha pusing sendiri untuk menjawab semua pertanyaannya. Semua hal ditanyakan walau Delisha dengan sabar menjawabnya. Dia begitu telaten mengurus Cheryl. Usianya belum dewasa, tapi keadaan memaksa untuk bersikap dewasa sebelum waktunya.

"Mami ngantuk. Mau tidur?" tawar Delisha. Cheryl mengangguk. Dia membawa Cheryl ke dalam kamar.

Cuaca di luar memang sangat terik, terasa seperti bisa merasakan hawa-hawa dari neraka.

Delisha tidur bersama putrinya dan mengelus-elus kepala Cheryl. Cheryl memeluk Delisha, dia suka dengan bau tubuh ibunya. Jika tidak mencium aroma tubuh Delisha, Cheryl tak bisa tidur.

Delisha melihat Cheryl yang sudah pulas. Sangat polos dan tak berdosa. Tuhan tidak pernah salah menghadirkan Cheryl dalam hidupnya. Putrinya sumber kekuatan bagi Delisha.

Sebenarnya Delisha mengantuk, dia kurang tidur karena terlalu banyak beban yang dia pikirkan.

Gadis itu hanya menatap langit-langit kamar dan melihat ponselnya. Tentu saja pesan-pesan dari Ayden dia abaikan. Delisha sedikit capek untuk menghadapi banyak rintangan jika dia tetap keras kepala bersama Ayden. Alam tidak merestui mereka!

Ayden: Lisha! Aku mau pergi ngumpul sama teman-teman. Jaga anak kita. Jangan lupa makan, Cheryl juga. Nanti aku belikan makanan 😘😘😘. Sehat-sehat terus Mami Cheryl ❤️❤️.

Hatinya sedikit menghangat dan bahagia dengan perhatian receh Ayden tapi ada batu besar penghalang. Delisha tak bisa memanjatnya. Batu itu licin dan di bawahnya begitu terjal, jika dia nekat maka dia menyerahkan nyawanya percuma.

Pesan itu dikirim satu jam yang lalu. Sebenarnya mereka bisa saja pacaran seperti anak remaja lainnya, tapi sudah beda kasta. Ibu Ayden tidak akan pernah menyukai Delisha, ini adalah batu terbesar entah bagaimana menaklukannya atau batu-batu kerikil kecil dan sangat tajam seperti di bawah ini.

Maura: Eh, kalian udah putus bukan, sih 🤣🤣🤣. Akhirnya 😍😍😍😋😋😋. Makasih, Lisha, bodoh!
Goodbye! Urus aja anak lo sana!

Maura sent a photo.

Delisha hanya menatap datar tangkapan gambar di layarnya. Itu adalah foto candid, Ayden dan Maura yang terlihat seperti sedang berkencan dan orang lain yang memotret mereka.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang