CH. 27

2.1K 78 13
                                    

"Please, aku nggak mau mati sekarang." Delisha memohon pada Ayden sambil mencengkram tangan cowok itu.

"Astaga serius amat. Nggak, kok, tapi lo nggak bisa pergi malam-malam dengan bayi."

Ayden menurunkan gas dan mengemudi pelan. Delisha hanya menunduk, hatinya sedih dan seperti tak punya tujuan hidup sekarang.

Kamu tidak pernah disukai siapa pun, Lisha.

"Ini udah larut. Pulang! Besok gue antarin serius," bujuk Ayden.

Delisha menggeleng, bagaimana pun dia harus keluar dari lingkungan toxic yang membuat hidupnya makin kacau. Walau terkadang merasa dia tak punya tujuan, tapi Delisha perlu menata hidupnya kembali.

"Kasian, Cheryl. Lo jangan keras kepala, Lisha!"

Delisha tahu dia keras kepala dan mungkin egois, tapi keadaan yang membuat dirinya seperti itu. Delisha merasa itu adalah salah satu bentuk pertahanan diri.

"Nggak mau. Kamu bisa turunkan aku di sini!" tegas Delisha.

Ayden hanya menggeleng. Gadis bodoh ini tak tahu bahaya apa yang menimpa dirinya. Memang benar ya power of kepepet itu luar biasa.

"Cheryl tidur?" tanya Ayden. Delisha mengangguk.

Dia mengantuk dan butuh istirahat, tapi tak bisa juga tidur dengan tenang jika seperti ini. Semalam Delisha begadang dan sekarang juga seperti itu. Hidupnya akan nomaden berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain.

Delisha mencengkram kain gendongan Cheryl. Apa yang bisa kamu lakukan dengan usia super muda seperti ini? Kamu sudah punya anak dan sekarang semua orang menolak kehadiran anak itu membuat hidup kamu luntang-lantung.

Mau terus mengeluh, tapi semua ini adalah murni kebodohannya.

"Jadi ke mana nih?" tanya Ayden masih menyetir.

"Ke rumah Oma."

"Di mana rumah Oma lo?"

"Enam jam dari sini," jelas Delisha.

Ayden tak bisa menjamin menyetir sampai sana selamat jika sekarang larut. Ini benar-benar berisiko.

"Yaudah tidur aja dulu."

Delisha sebenarnya mengantuk tapi gadis itu menggeleng.

"Putar musik pelan aja biar nggak kamu nggak ngantuk, tapi jangan sampai Cheryl bangun," saran Delisha. Dia tidak akan tidur agar Ayden tidak menyetir sendirian yang memicu bahaya.

"Okay, kita beli makanan dulu, ya. Gue juga mau beli kopi biar tak ngantuk."

Delisha terdiam memandang ke arah Ayden. Terkadang dia marah pada cowok ini, terkadang dia merasa kagum pada Ayden.

Ayden itu masih remaja tapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, jika tanpa Ayden, Delisha tak tahu lagi bagaimana nasibnya.

Dia datang membawa musibah tapi juga anugerah setelahnya. Delisha menepuk-nepuk pantat Cheryl dengan sayang. Kehadiran Cheryl bisa jadi obat untuk semua rasa sakit dan luka yang ia tanggung selama ini.

Atau mungkin ini takdir memainkan peran menghadirkan dua manusia dalam hidup Delisha agar tak lagi merasakan kesepian. Selama ini Delisha selalu mengeluh jika kesepian adalah nama tengahnya.

"Okay, gue beli makanan dulu. Kalau ada yang ketok-ketok jangan dibuka. Gue kunci pintunya," pesan Ayden.

Delisha hanya memperhatikan Ayden turun dari mobil dan masuk dalam supermarket 24 jam. Delisha mungkin akan mengantungkan separuh hidupnya pada Ayden, walau cowok itu belum dewasa sama sekali.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang