CH. 4

29.3K 427 8
                                    

"Lishaa!! Yuhuu!!"

Aku yang sedang membaca buku di bawah ranjang menoleh ke arah pintu saat mendengar suara Meisha. Mau apa dia?

Malas melayani, aku tetap melanjutkan membaca cerpen di buku pelajaran bahasa. Aku suka membaca.

"Woi, setan! Gue panggil, ya. Budek ya lo!" tegur Meisha gondok setelah sadar aku tidak menggubrisnya.

"Apa?" balasku malas.

"Besok lo sekolah?"

"Ya."

"Besok ke sekolah sama gue!" putus Meisha sepihak. Idih! Memangnya dia siapa sok akrab begini? Padahal kami saling membenci.

"Kenapa?"

"Ngikut aja, sialan! Nasib baik gue mau temanan sama lo yang gembel,"
sungut Meisha.

Aku meletakan buku pelajaran bersampul biru di atas kasur sambil merenggangkan tanganku dan memandang Meisha malas. Ah, punya saudara tidak menarik dan tidak seru. Atau aku yang tidak seru? Mungkin aku tidak pandai dalam memilih teman karena aku selalu kesepian setiap saat. Bisa makan, tidur, menghirup oksigen gratis dan sekolah, sudah lebih dari cukup buatku.

Aku naik ke atas ranjang dan memilih untuk tidur. Terlalu malas untuk melayani Meisha.

"Woi, setan!"

Meisha menarik selimutku, aku menarik kembali selimut dan menutup diri.

"Anjirrr, Lisha! Bangun, anak setan. Gue tuh mau ngomong." Rambutku ditarik, jika tak ingat dia saudariku sudah kutampar wajah Meisha atau kalau tak ingat Mama membela Meisha aku sudah menendanganya jauh. Menyusahkan saja!

"Apa?!" tanyaku dengan nada tak senang dan duduk di atas ranjang.

Aku dan Keisha saling bertatapan penuh permusuhan.

"Besok ke sekolah sama gue, nanti gue traktir, tapi jangan kabur ke mana-mana!" tukas Meisha.

"Emang kenapa?"

"Nurut aja lo, sialan!" bentak Meisha tak sabaran. Kesabarannya benar-benar setipis tisu bagi sepuluh.

Aku mengepalkan tangan kuat, dia yang memaksa dan dia yang emosi sendiri? Saudara gila! Semua orang di rumah ini memang gila, tak ada satupun yang beres.

Mereka menganggapku sampah, aku tak kasat mata di hadapan mereka. Aku menekan rasa sakit di dada, rasanya sesak sekali. Kenapa harus seperti ini? 

"Bye, jalang! Tidur yang nyenyak biar kuat ngangkang besok," pamit Meisha.

Setelah mengeluarkan kata laknat itu, Meisha langsung keluar dan membanting pintu dengan kasar. Aku yang tadi sedikit mengantuk dan langsung merasa segar sekarang.

Akhirnya bangun dan memeluk kaki sendiri. Aku hanya anak kecil dan masih di bawah umur, tapi mereka menganggapku sudah besar dan sangat siap dengan segala komen jelek mereka padaku? Tanpa mereka ketahui diriku hancur, hatiku hancur!

Aku menenggelamkan kepala antara kaki sambil memeluk diri sendiri. Harusnya di usia seperti ini, aku mendapat kasih sayang yang berlimpah atau pusing hanya masalah PR di sekolah. Bukan mendapat cacian setiap saat dari orang-orang di rumah ini, bahkan di sekolah.

Aku juga tak terlalu suka dengan guru-guru di sekolah, apalagi guru laki-laki. Bukan ingin menjelekkan tapi aku tahu, guru laki-laki yang sudah tua juga menatapku penuh minat. Aku benci dengan kecantikan ini!

Akhirnya aku membuka pintu penghubung balkon dan duduk di sana sambil memeluk kaki sendiri, dan merasakan dinginnya udara menusuk hingga ke tulang.

Ponselku bergetar dan langsung mengambilnya di saku, pasti dari operator yang memberitahu pulsaku habis atau masa aktif sudah habis.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang