CH. 20

3.4K 81 15
                                    

Delisha tahu cepat atau lambat hari ini akan tiba dia melahirkan, walau ia berusaha menguatkan diri dan meyakinkan berkali-kali jika bisa melewati ini semua, tapi rasanya tetap saja membuat jantung nyaris copot.

Komunikasi terakhir dengan Ayden seminggu yang lalu. Sebenarnya Delisha tak terlalu mengharapkan cowok itu, buat apa toh Ayden tidak membantu hanya membuat semuanya makin runyam.

Delisha sedang relaksasi mendengarkan musik agar tidak terlalu panik karena sejujurnya Delisha sudah merasakan keram di perutnya sedari tadi.

Gadis itu hanya bolak-balik di kamar takut ketahuan orang rumah karena bagaimanapun bangkai yang disimpan rapat itu pasti akan tercium.

Delisha sering melihat video melahirkan. Ia cemas, takut, panik, semua perasaan bercampur karena benar-benar akan melahirkan sendirian.

Gadis itu terduduk di kamarnya, sekarang dia tak memakai apa pun di tubuhnya.

Delisha terdiam mematung di depan cermin melihat pantulan dan mengelus perutnya yang membulat, tak percaya ada makhluk yang menemaninya selama ini. Dia bahkan belum menyiapkan nama, sejujurnya Delisha tak tahu jenis kelaminnya apa karena tak pernah ada pemeriksaan.

Beruntung orang tua Ayden bisa menutup mulut Pak Sucito, jika tidak ia bisa dikeluarkan dari sekolah.

Ngomong-ngomong, Delisha sudah melaksanakan Ujian Nasional dan bersyukur bisa melewati ini semua tinggal menunggu hasil kelulusan dan nilai.

Jika teman-temannya sibuk menyiapkan pakaian untuk menyambut perpisahan nanti, Delisha menanti detik-detik kelahiran anaknya. Dihubungkan dengan apa pun Delisha takkan pernah hidup normal seperti yang lain.

Ayden: Lisha!

Delisha mengabaikan pesan itu. Karena sudah tak sekolah, Delisha tak pernah lagi berjumpa dengan Ayden.

Lagian berjumpa buat apa juga? Ayden membantu melahirkan?

Sebenarnya jika orang-orang teliti mereka akan tahu perubahan tubuh Delisha yang lebih gemuk dari biasanya tapi tidak ada yang peduli padanya, jadi ini salah satu keuntungan kamu anak buangan karena dengan masalah seperti ini  tidak akan ketahuan.

Ayden kembali menelponnya membuat Delisha terpaksa harus mengangkatnya.

"Apa?"

"Lo lagi ngapain?" tanya Ayden di ujung dengan suara panik.

Delisha hanya menaikkan alisnya, memangnya kenapa? Dirinya memang sedang merasakan rasa mules sekarang tapi rasa takut lebih besar membuat Delisha tak berani mengeluh. Inilah risiko yang harus ia hadapi karena kebodohannya sendiri.

"Perut aku sebenarnya sakit," lapor Delisha menggigit bibirnya. Gadis itu bolak-balik seperti setrika.

"Lo mau melahirkan? Oh shit!"

"Nggak tahu."

"Lo mau ke rumah sakit? Oh sialan! b
Bahkan gue udah nggak punya apa-apa sekarang," keluh Ayden.

Cowok itu tak bohong ia tak punya akses dan fasilitas apa pun. Orang tuanya menyita semua kemewahan yang dia dapatkan, hanya diizinkan memakai ponsel karena ponsel itu hal urgent.

Ayden tidak diizinkan lagi untuk keluar sembarangan kecuali pergi sekolah dan orang tuanya berencana agar dia ikut les bahasa Jepang.

"Nggak tahu." Hanya begitu jawaban Delisha.

Ia memang tak tahu berbuat apa-apa karena perutnya makin terasa. Delisha hanya melirik kamar mandinya yang terbuka lebar dan berencana untuk melahirkan di toilet nanti.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang