CH. 19

2.5K 68 7
                                    

Delisha suka belajar, tapi tidak dengan pelajaran olahraga.

Keadaannya sekarang membuat dia tidak bebas bergerak. Praktik olahraga terakhir sebelum minggu depan melaksanakan ujian nasional dan Delisha akan fokus pada kehamilannya, menyambut kelahirannya, walau ia mungkin akan mengurus semuanya sendirian.

Terik matahari begitu menyengat. Delisha masih memakai sweater untuk menyamarkan kehamilannya.

Gadis itu hanya berdoa semoga tidak ada gilirannya, mereka harus berlari lima belas putaran mengelilingi lapangan basket, dan akan ada sit up lima puluh kali. Membayangkan saja Delisha akan pingsan duluan, dari dulu ia paling malas berolahraga.

Mana namanya termasuk awal sesuai dengan abjad. Delisha hanya terdiam di bawah pohon rindang melihat teman-temannya membentuk koloni masing-masing dan bergurau bersama.

Entah kenapa dia begitu takut jika ketahuan sekarang. Gadis itu menghitung segala kemungkinan pingsan atau pura-pura kesurupan, jika ia pingsan maka semua akan tahu jika ia hamil. Delisha gelisah walau terlihat tenang, tapi dalam otaknya berperangai.

Priiiiitttt!

Pak Sucito meniupkan peluit, menyuruh semua siswa berkumpul dan memberi aba-aba pemanasan terlebih dahulu.

"Kalian lari lima belas kali keliling lapangan. Yang cewek sit up lima puluh kali. Yang cowok push up lima puluh kali, ini nilai ujian praktek buat kelulusan. Ada pertanyaan?" jelas sang guru.

"Pak! Kalau misalkan kita sit up lebih banyak dari target apa bisa dapat nilai tinggi?" tanya Sela.

"Ya. Bisa Bapak pertimbangkan."

Sela bersama teman ceweknya jingkrak-jingkrak dan bertos ria.

Delisha diam, rasanya lebih baik mati.

"Biasanya kita mulai dari nomor absen pertama, sekarang Bapak mau dari terakhir."

"Yaaaahhhh!!!!"

Sorak semua murid kompak kecewa, apalagi barisan nama di belakang absen.

Delisha masih bisa melihat teman-temannya yang lain melakukan sebelum ia menemukan strategi untuk kabur dari sini.

"Delisha kenapa masih pakai jaket? Buka jaketnya," tegur Pak Sucito.

Delisha menggeleng. Selama hamil, sweater busuk ini tak pernah dia tanggalkan jika keluar rumah.

"Dibuka aja karena cuaca juga panas sekarang."

Karena merasakan semua mata tertuju padanya, Delisha mundur dan perlahan membuka sweater tersebut walau tubuhnya gemetaran takut ketahuan. Ia benar-benar terjebak sekarang.

Gadis itu bergabung dan Zian yang langsung berlari sebagai nama paling terakhir.

Delisha hanya duduk di sana menyaksikan temannya berlari dengan napas ngos-ngosan.

Sepertinya dia tidak akan sanggup, bahkan Delisha tak bisa duduk terlalu lama sekarang, ia cepat merasa kelelahan. Mungkin ini juga alasan anak sekolah tak boleh hamil karena bisa menganggu aktivitas sekolah. Sebagai anak sekolah yang masih muda dan aktif, mereka harus gesit.

Panas matahari semakin terik. Teman-teman yang sudah selesai bisa pergi ke kantin dan membeli minuman. Delisha hanya seperti orang cengok.

Delisha mendekati Pak Sucito.

Prrrriiit!!!

"Jangan curang larinya!" teriak Pak Sucito.

"Pak! Napas saya mau putus!" teriak Sela tak mau kalah.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang