CH. 16

4.5K 101 6
                                        

"Capek sih, ya. Tapi mau bagaimana lagi. Mau nangis? Kan kamu yang bodoh!" Delisha berbicara pada diri sendiri.

Entah sudah bulan ke berapa dia harus pura-pura meneteskan darah palsu demi mengelabuhi semua orang.

Ia lebih dari kuat sekarang untuk bertahan dan akan menerima semua takdir buruk di masa depan. Delisha tahu hidupnya akan terus terpuruk dari waktu ke waktu.

Delisha meringis, membayangkan bagaimana seorang anak lahir melalui lubang intinya yang begitu kecil, walau kata orang elastis tapi saat belum merasakan dan membayangkan sendiri membuat Delisha pusing.

Apa ia bisa? Delisha jelas akan melahirkan sendiri. Dia akan melahirkan sendiri tanpa bantuan orang lain seperti kucing melahirkan.

Gadis itu menyisir rambutnya sambil berkaca, melihat wajahnya yang masih anak-anak, tapi sudah punya anak. Delisha yakin, saat anaknya dewasa mereka akan disebut kakak-adik, bukan ibu dan anak.

Dia belum menemukan solusi, sekolah dan mengurus bayi. Delisha sudah banyak membaca buku kehamilan hingga melahirkan dan rasanya repot sekali.

Terkadang Delisha ingin keluar dari sekolah dan tetap mengurus anak, bukankah ibu muda yang lain juga seperti itu? Tapi, bagi Delisha hal yang paling utama adalah pendidikan, dia berharap sekolah yang tinggi, mencari pekerjaan yang layak, dan pergi jauh-jauh dari para iblis ini.

Delisha menyusun buku dan memasukan dalam tasnya.

Dengan mengendap-endap Delisha berhasil melewati ruang tengah tempat para iblis berada. Bahkan hanya merasakan radarnya saja, Delisha merasa berada dalam bahaya luar biasa.

Gadis itu memeluk tasnya dan langsung cepat berlari. Beruntung dia masih bisa berlari seperti remaja normal walau perutnya ada nyawa.

Delisha memakai sepatunya saat dia sudah keluar dari pagar rumah. Gadis itu masih menunduk, saat kepalanya terangkat dan melihat titisan iblis yang lain.

Entah kenapa Delisha muak sekali melihat Ayden. Dia benar-benar tak sudi melihat cowok ini. Si sialan ini yang membawa hidupnya dalam lubang kegelapan.

"Nih!"

Delisha langsung merampas roti yang Ayden sodorkan dan memasang tampang tak ramah pada orang yang berbaik hati padanya.

"Nih buat susu ibu hamil."

Delisha melirik pada Ayden ketika cowok itu membicarakan hamil, gadis itu langsung merebut susu itu.

"Pulang sekolah sama gue!" putus Ayden.

Gadis itu menatap cowok di depannya, banyak luka di wajah Ayden, tapi Delisha malas sekali mau bertanya. Bahkan Ayden mati juga dia takkan peduli!

"Nggak mau!" Delisha menolaknya dan langsung melengos pergi, malas rasanya berhadapan dengan laki-laki ini.

Delisha memasukan roti dan susu ibu hamil dalam tasnya.

"Lo kayaknya lebih suka pakai kekerasan!" desis Ayden langsung menarik tubuh Delisha, mengangkat tubuhnya dan memikulnya, membuat gadis itu menarik rambut Ayden karena kesal.

"Ayden sialan!" pekik Delisha berontak masih membabi buta

💸💸💸💸💸

Bersama Ayden maka akan ada acara bolos sekolah dan begitu adanya.

Walau ogah-ogahan Delisha akhirnya menurut saja, dan di sini mereka berada, di kamar Ayden.

"Ini anak gue. Namanya Juna. Nanti kalau udah besar dia manggil manggil lo Mama," jelas Ayden.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang