CH. 39

1.5K 62 7
                                    

"Lo bodoh, tolol atau nggak punya otak?" maki Ayden sambil memukul kemudian.

Emosinya memuncak setelah kepalanya bocor dan kemarahan Delisha yang meledak, cowok itu mencoba mengumpulkan puing-puing informasi apa yang terjadi sebenarnya. Sungguh, dia tidak melakukan hal yang macam-macam.

Sedangkan Delisha menuduh dirinya seperti penjahat kelamin. Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menyeleweng sungguh. Ayden mencintai gadis bodoh itu. Bahkan dia sudah merancang masa depan yang akan dia bangun bersama Delisha dan Cheryl, bersama adik-adik Cheryl yang cantik seperti Delisha.

Setelah memungut ponsel itu, Ayden tahu apa yang terjadi. Maura mencari gara-gara dan ingin memperpendek usianya. Ayden tak suka mengurus hidup orang, tapi jika kamu mengusik  hidupnya, maka kamu akan menerima lebih dari itu.

Sebelum meledak, cowok itu pergi ke klinik dan mengobati kepalanya yang bocor. Jika tidak Ayden yang mati kehabisan darah. Masih dengan kepala pening dan darah yang belum kering, Ayden langsung menemui Maura.

Ayden : Jumpa gue di Roti Tawar.

Ayden mengirim pesan pada Maura dan melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan.

Laki-laki itu sesekali meringis. Lemparan ponsel itu begitu kuat, dia tahu lemparan itu dibantu dari kekuatan neraka. Ayden membasahi bibirnya dan mencari tempat yang akan dia tuju.

Sebelumnya, Ayden mencuci muka terlebih dahulu agar sisa-sisa darah yang telah mengering hilang, dia juga sudah mengganti baju. Hanya kaos usang berwarna maroon. Dia tahu di antara semua musibah yang mereka hadapi bersama ini mungkin puncak masalahnya. Sesekali dia mengusap rambutnya dengan gusar, meraup wajahnya dan mengembuskan napas gusar. Makin rumit.

Di depan sebuah mall.

Ayden tidak parkir mobilnya di tempat parkir mall, tapi memilih memarkir mobilnya di sebrang jalan dan masuk ke dalam. Dia langsung memesan minuman untuknya dan menunggu Maura datang.

Gadis penjilat itu datang. Dengan jumpsuit berwarna monokrom terlihat lebih segar hari ini. Bagi Ayden, Delisha tetap yang tercantik walau gadis bodoh itu hanya pakai kemban.

"Aduh, sorry. Gur harus ke salon. Lihat aku baru cat kuku, potong rambut, kasih warna dikit biar lo semangat lihatnya," curhat Maura panjang lebar.

Ayden melihat tanpa minat.

"Gue sama Delisha putus!" lapor Ayden menatap lawannya.

Sepasang manik hitam itu langsung berubah cerah, matanya membola, tulang pipi itu terangkat, bibirnya tertarik dari sudut ke sudut. Yes! Ini yang dia nantikan. Akhirnya, hubungan mereka selesai, apa yang dia lakukan tidak sia-sia.

"Oh, kok bisa?" tanya Maura memasang raut wajah sedih. Padahal setelah ini dia akan berpesta penuh kemenangan.

Sebenarnya Ayden ingin meledak, tapi sepertinya dia punya permainan yang menarik. Bukan maki-maki, tapi lebih dari itu. Mari kita layani si bibit jalang ini!

"Dia marah-marah. Lihat kepala gue bocor." Ayden sedang memasang topeng karena dia punya permainan lebih seru dari ini.

Maura membuka mulutnya lebar, oh no! Mereka bertengkar hebat pasti dan apa yang telah dia rancang semuanya berjalan sempurna.

"Ya ampun dia kasar bangat. Untung kamu udah keluar dari hubungan toxic itu." Maura bersimpati dan mengelus-elus kepala Ayden yang baru diperban.

"Sakit, nggak?"

"Aduh, jangan sentuh. Nanti gue amnesia." Ayden berpura-pura jadi seorang cewek manja yang menjijikan. Padahal dalam hatinya dia menyumpahi Maura.

Kita lihat saja nanti! Si penjilat ini akan menangis seperti orang gila, bahkan bisa bunuh diri.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang