CH. 28

2.1K 67 10
                                    

"Lihat! Papa datang, kan?" ujar Ayden dengan semangat walau di mata Delisha terlihat norak.

Saat ini pagi hari, akhir-akhir ini Delisha suka sekali menjemur Cheryl di matahari pagi, bayi berusia tiga minggu itu makin mengemaskan dan terlihat gemuk. Delisha merasa semakin gemas terhadapnya.

"Orang-orang udah mulai sibuk daftar sekolah. Lo mau sekolah di mana?" tanya Ayden. Delisha jadi tersadar jika dia belum memikirkan tentang masa depannya yang lain.

"Nanti bicara sama Oma," jawab Delisha lemah.

Setiap pagi Delisha bangun dan sarapan setelah itu dia membawa Cheryl untuk berjemur seperti sekarang.

Di rumah Oma semuanya tersedia dan dilayani, Delisha bisa melihat dan merasakan hidup yang lebih baik sekarang. Benar kata Ayden dia harus memikirkan tentang sekolah. Delisha boleh punya anak sekarang, tapi bukan berarti dunianya berhenti dan kiamat. Hidup terus berjalan sekejam apa pun kehidupan, roda kehidupan itu terus berputar.

"Kamu udah makan?" tanya Delisha.

Ayden mengangkat alisnya. Delisha tak pernah perhatian padanya dan juga tak peduli, tapi sefruit perhatian itu membuat Ayden tersenyum senang. Semoga musibah yang terjadi di antara mereka bisa menghasilkan buah yang manis dari sebuah perjalanan yang pahit.

"Gendong, dong," pinta Ayden.

Delisha langsung memindahkan Cheryl ke Ayden. Ayden langsung tertawa, sepertinya dia baru ingat jika dia tak pernah mengendong Cheryl.

"Dia kayaknya udah bisa lihat jelas. Dia suka senyum kalau lihat orang."

Delisha hanya tersenyum. Matahari bersinar hangat dengan memberi kesan positive yang merasuk ke dalam jiwanya kali ini. Ada secercah harapan di antara celah-celah matahari itu seolah memberi pesan. Jangan menyerah! Terus semangat, ada kebahagian yang menanti di sana.

"Dia memang mengemaskan," balas Delisha bangun dan mencium pipi putrinya.

"Kalau udah agak panas masukan dia."

"Iya, Mami!" ujar Ayden menirukan suara anak kecil. Delisha tertawa. Ah! Pagi cerah yang sangat bahagia!

Oma melihat interaksi kedua remaja itu. Mereka bisa menerima keadaan dan belajar.

Sebagai orang tua, tak perlu menyalahkan atas apa yang terjadi, teruslah dukung dan peringatkan jika yang terjadi jadikan sebuah pelajaran, jangan sampai terjadi dua kali atau seterusnya.

💰💰💰💰💰💰💰💰

"Kamu bilang mau sekolah di mana?"

Siang hari, mereka sedang bersantai di samping rumah Oma sambil makan salad buah. Delisha disuruh banyak makan dengan memperhatikan gizi seimbang demi pertumbuhannya dan juga untuk pertumbuhan bayi Cheryl.

Sebenarnya Ayden terus membujuk Delisha sekolah di sekolah yang sama dengannya, artinya Delisha kembali ke kota sebelah dan kemungkinan untuk bertemu kembali dengan para iblis. Mereka tidak mencari Delisha saat Delisha pergi. Mereka memang mengharapkan agar Delisha cepat mati!

Gadis itu menarik napas panjang, memikirkan para iblis selalu membawa aura buruk dalam hidupnya.

"Lisha belum tahu, Oma. Di sini sekolah terbaik di mana?"

"Oma, izin, ya. Kalau boleh Lisha biar sekolah di sekolah lama aja. Nanti sekolah sama saya. Biar saya jaga," intrupsi Ayden.

Oma memandang ke arah anak remaja di depannya. Dia berbuat salah, tapi dia menanggung apa yang telah ia perbuat. Salut sama Ayden walau perbuatan bejatnya tak patut ditiru.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang