CH. 15

3.3K 89 5
                                    

"Papa benar-benar akan melihat kamu berjuang bagaimana mengurus anak, baru Papa izinkan mengurus anak sendiri."

Ayden diam, dia kalah. Kalah sebelum berperang.

Masih dengan darah segar di seluruh wajahnya, orang tuanya seperti tak peduli dan kalau bisa mereka ingin bunuh anak semata wayang karena telah menciptakan aib paling memalukan yang tidak pernah mereka bayangkan.

Hati orang tua mana yang tidak sakit dan sedih melihat anak jadi seperti ini?

"Papa akan tunjukan satu hal sama kamu sebelum Papa akan menerima kamu menjadi anak," papar Billy.

Ayden hanya menunduk melihat banyak darah yang terus mengalir membasahi lantai dan juga seluruh pakaiannya.

"Sini Mama bersihkan."

Ayden tak punya kuasa untuk melawan dan menurut saja saat tubuhnya ditarik ke sofa dan ibunya menyeka darah-darah di wajahnya. Bisa dibilang wajahnya sudah tak berbentuk sekarang. Wajah tampan yang sering dia banggakan jadi hancur tak bersisa.

"Maksud Papa untuk kebaikan kamu, kamu masih terlalu muda untuk punya anak. Kamu akan tetap bertanggung jawab Mama pastikan itu, sedari kecil Mama selalu mengajarkan untuk jadi orang yang bertanggung jawab, tapi kamu punya tugas, kamu punya misi yang harus diselesaikan sebelum kamu mengurus anakmu sendiri atau bahkan menikah," jelas Linda.

Ayden meringis.

Menikah? Usianya belum legal untuk menikah, lagian dia tak mau menikah sekarang. Dia hanya ingin bertanggung jawab sebagai lelaki mengurus anak bersama Delisha.

"Saat umur kamu sudah legal dan misi selesai, kamu bisa menikah dan menjadi laki-laki yang bertanggung jawab."

Ayden melihat ayahnya keluar dari kamar dengan wajah murka.

"Ikut Papa! Kamu akan melihat kejamnya dunia seperti apa."

"Papa obatin dulu anaknya!" teriak Linda. Suaminya tak menghiraukan dan membanting pintu dengan keras.

"Papa akan tunjukin bagaimana mengurus anak yang sebenarnya."

💸💸💸💸💸💸

Ayden merasa sedikit lega saat ayahnya membawa dia ke dokter untuk memeriksa tulang-tulangnya jika ada yang patah dan memberi perban agar luka-luka di wajah Ayden kering dan juga darahnya berhenti.

"Kamu sudah merasa jagoan menghamili anak orang?" tanya Billy geram. Rasa untuk membunuh anak sendiri meningkat tajam.

Ayden kicep. Sekarang dia takkan berani membantah apa pun perkataan ayahnya.

Ayden hanya menunduk, otaknya seperti buntu tak tak bisa berpikir. Apa yang akan ayahnya lakukan atau bagaimana dengan kehamilan Delisha. Semua kejadian ini membawa Ayden dalam jurang kesialan yang seolah tak ada habisnya dan terus menggerogoti dirinya hingga masa tua.

"Ingat! Kamu tidak bisa membantah apa pun perkataan orang tua kamu, jika masih mau dianggap anak. Selesaikan misi ini, berapa lama waktu harus diselesaikan baru Papa izinkan untuk mengurus anak sendiri.

Jika kamu sudah berani menghamili anak orang, maka harusnya bisa bersikap dewasa. Tak ada anak manja pada Mama, lakukan semuanya sendiri!" Billy langsung memberi ultimatum.

Ayden hanya diam. Semua perkataan ayahnya seolah berlalu. Melewati telinga kanan, lewat telinga kiri, dan tidak tersaring di otaknya.

Tiba-tiba mereka tiba di sebuah rumah yang begitu besar seperti istana. Ayden takut. Jangan-jangan orang tuanya ingin menjual dirinya? Tidak! Orang tuanya sudah kaya. Tapi apa sekarang?

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang