CH. 40

3.6K 76 9
                                        

Manusia bisa berencana, tapi takdir yang menentukan.

Ayden pikir, setelah dia membereskan kekacauan yang Maura buat, dia bisa bersatu bersama Delisha. Apa yang dia pikir akan semulus pantat bayi, nyatanya semua terasa runyam.

Hidup ini seperti sungai, saat air mengalir ada saja tai yang lewat. Mungkin itu gambaran hidup Ayden.

Delisha salah paham. Gadis bodoh dengan segala asumsi bodoh yang dia punya. Sudah bodoh, keras kepala. Delisha yang merusak segalanya dan membuat dirinya seolah-olah korban yang paling tersakiti.

"Dan kamu pikir aku peduli dengan semua yang kamu lakukan? Tidak! Semua kepercayaan aku hilang! Kamu menghilang di saat aku butuh, Oma sakit, dan sampai meninggal, sedikitpun kamu tak pernah ada di sana. Aku bersabar dan memberi kamu waktu berkali-kali, tapi kamu tidak pernah tahu itu dan selalu seenaknya," ujar Delisha menatap Ayden dengan perasaan benci dan luka yang begitu kentara.

"Oma?" Ayden menaikkan alisnya tak mengerti.

"YA! OMA MENINGGAL!" Delisha berteriak seperti orang gila sambil menangis.

Sedikitpun dia tidak percaya pada bualan manis Ayden. Cukup sudah! Dia akan menutup lembaran hidupnya bersama laki-laki ini. Dia akan fokus merawat Cheryl sendiri, biarkan Ayden bersenang-senang dengan banyak perempuan di luar sana.

"Lisha... I'm so sorry. Aku beneran nggak tahu." Ayden maju mendekat ke arah lawan.

Delisha hanya menggeleng. Dia terlanjur kecewa, sangat kecewa.

"Ya! Aku juga nggak tahu kamu siapa!" balas Delisha.

Sorot matanya menandakan kekecewaan, penuh luka. Ayden hanya berdiri dengan lemah dan menatap gadis bodoh itu sendu. Dia mencintai Delisha.

Dulu, Ayden pikir hanya menjadikan gadis bodoh ini mainan, ketika bosan tinggal dia campakkan. Nyatanya dia tak bisa melepaskan Delisha, semua kebodohan serta Delisha yang keras kepala membuat dia ingin terus bersama gadis ini.

"Lisha," tegur Ayden maju, Delisha mundur.

Rasa kecewa telah membuat cinta itu memudar. Terlalu dini bicara cinta, walau Delisha menyayangi laki-laki ini dan sekarang dia sudah bersikap tak peduli pada apa pun yang Ayden lakukan.

"Sayang...," panggil Ayden memandang ke arah kekasihnya.

Delisha menggeleng. Dia ingin melampiaskan semua kekecewaan yang dia rasakan dan juga kesedihan karena ditinggal Oma pergi.

Sebenarnya mereka sedang berada di belakang fakultas Delisha, mungkin ada orang yang mengintip keduanya tapi Delisha tak peduli. Dia ingin hidup tanpa Ayden.

"Tak ada lagi sayang! Kamu yang merusak semuanya!" sentak Delisha penuh emosi.

Ayden menggeleng, itu tidak benar. Dia selalu berusaha memberi yang terbaik untuk Delisha, untuk Cheryl.

Cowok itu memegang gadis bodoh itu. Dia pengangi lengan Delisha yang bergetar. Jari jempolnya menyusuri sudut mata, menurun ke pipi dan menghapus air mata di pipi mulus itu. Gadis ini begitu rapuh, menyentuhnya sedikit dia akan hancur.

"Sumpah. Aku nggak tahu apa-apa. Aku sibuk, HP aku hilang."

Delisha menggeleng. Alasan apa pun dia tidak akan percaya.

"Aku mau pulang! Jangan sentuh aku!" Delisha mendorong Ayden kuat, menyeka air mata yang tersisa dan berlari sekuat mungkin.

Dia memang bersikap kekanakan, tapi Delisha berkali-kali telah memberikan kesempatan dan seperti terus disia-siakan.

Ayden hanya mampu mengepalkan tangan dan melihat gadis bodoh itu menjauh. Dia hanya bisa menggeleng.

💰💰💰💰💰

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang