CH. 41

1.9K 62 7
                                    

"Masuk aja ke dalam. Mami tunggu di luar," pesan Delisha pada Cheryl yang mengangguk.

Bocah cantik itu begitu bersemangat sekolah karena memakai seragam baru, sepatu baru, tas baru, beli aksesoris baru, tempat bekal baru, buku baru.

Bahkan Cheryl sudah bangun subuh hari agar pergi ke sekolah karena tidak sabar memakai semua perlengkapan sekolah yang baru.

Yang bikin Delisha geleng-geleng  gemas dan senyum adalah Cheryl tidur malam sambil memeluk barang-barang baru tersebut.

Seperti biasa, banyak orang tua yang menunggu anak mereka di luar pagar sekolah bersama pasangan masing-masing. Delisha hanya menunduk melihat dirinya, tubuhnya yang kecil membuat dirinya masih seperti anak remaja walau sudah punya anak.

Gadis itu hanya duduk di halte dan menunggu Cheryl pulang sekolah, kebetulan Delisha ada jam kuliah siang, jadi dia punya waktu untuk mengantarkan Cheryl.

Delisha sengaja memilih sekolah yang dekat dengan rumah agar bisa berjalan kaki mengantarkan Cheryl sekolah dia belum kursus menyetir.

Hanya bermain ponsel hingga merasa bosan. Delisha menopang dagunya saat melihat sebuah objek yang membuat jantungnya berdegup kencang mau copot. Itu mobil Ayden! Delisha hafal sekali. Bahkan dia dan Ayden sering berbuat hal tak senonoh dalam mobil tersebut. Delisha hanya memeluk dirinya, menepis semua kenangan itu yang datang tanpa permisi.

Gadis itu pura-pura tidak melihat dan sibuk scroll menu di ponselnya, dia tidak ingin Ayden menganggu hidupnya walau tidak munafik jika dia merindukan Ayden. Delisha menghela napas panjang dan melihat lagi peredaran mobil itu. Sudah hilang, akhirnya dia bernapas lega.

Dia tidak siap untuk bertemu Ayden. Entah rasa benci yang semakin mengakar atau rindu yang diam-diam datang tanpa permisi.

Delisha terus menunduk, masih lama Cheryl pulang, walau dia tahu yang Cheryl sibukan hanya makanan, Delisha sudah mengisi banyak makanan di tas Cheryl, makanan ringan dan bekal di tempat bekal baru tersebut.

"Lisha!"

Refleks, wajah Delisha langsung terangkat dengan dada yang berdegup kencang. Ayden! Delisha langsung terdiam, walau gemuruh dadanya semakin berdegup kencang. Dia tahu telah bergantung hidup pada laki-laki ini, tapi Delisha pura-pura tidak menjawabnya dan hanya main ponsel.

Ayden duduk di sampingnya, Delisha bergeser, Ayden juga ikut bergeser, dan terus seperti itu membuatnya hampir jatuh dan berakhir mencubit paha Ayden karena kesal.

"Kamu nggak kangen aku?" tanya Ayden dengan percaya diri. Delisha hanya berdiri saat Ayden sudah menyeret dirinya.

"Kamu ngapaian? Aku nunggu Cheryl, nanti dia nyari aku."

"Cheryl belum keluar!"

Dengan tarik-tarikan yang membuat banyak pasang mata melihat ke arah mereka, tapi Ayden dan Delisha tak ada yang mau mengalah, akhirnya Ayden berhasil dan menyeret Delisha ke dalam mobil, membiarkan Delisha mengamuk di sana, tapi tidak dia lakukan, Delisha hanya diam membuat Ayden bertanya-tanya.

Gadis itu hanya menatap lurus ke depan.

"Sayang," panggil Ayden pelan.

Darahnya berdesir. Delisha tidak bisa membohongi dirinya jika dia menyayangi laki-laki ini.

"Sayang." Tangan Ayden memegang Delisha, sekarang dia sedikit melunak.

Delisha hanya menatap Ayden, dia tatapi wajah itu lama. Dia paling suka wajah Ayden saat tersenyum, begitu juga dengan ekspresi apa pun yang ditampilkan cowok ini, tampan dari segala sisi. Shit! Dia kan membenci Ayden, kenapa tiba-tiba jadi memujinya?

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang