CH. 8 (21++)

13.5K 186 2
                                    

KONTEN EXCLUSIVE DI KARYAKARSA. KLIK LINK DI BIO

 KLIK LINK DI BIO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Aku tidak pasti jam berapa, tapi merasakan perut melilit, bibirku kebas dan milikku terasa perih?

Entah rasa aneh, tapi aku tidak munafik kalau permainan tadi luar biasa.

Mengedarkan pandangan melihat keadaan sekeliling dan sadar apa yang terjadi, sebelum aku tertidur dalam pelukan Ayden. Dan sekarang dia tidak ada. Ke mana Ayden?

Kembali menelan ludah aku melihat keadaan sekeliling dan kembali merenungi permainan nikmat tadi. Tubuhku tersentak dan terangkat ke atas sembari melihat tubuh telanjangku.

Huh bikin malu saja! Aku langsung menarik selimut dan menutupi tubuh polosku.

Bunyi pintu kamar mandi terbuka dan jawaban dari pertanyaanku ke mana Ayden terjawab.

Ia hanya melilitkan handuk berwarna biru ke pinggangnya sambil menggosok rambutnya dengan handuk dengan handuk kecil. Huh, dia sangat seksi seperi gambaran dalam novel-novel.

"Lo lapar?" tanya Ayden. Aku mengangguk. Sejujurnya aku sedang menahan rasa perih yang kurasakan di bawah. Apa mungkin karena Ayden memasukan paksa miliknya hingga membuat milikku lecet?

Aku harus memeriksanya.

"Mau makan atau mandi?" tanya Ayden.

Aku hanya menggigit bibirku. Dia bisa jadi pacar yang pengertian, bukan? Dan aku bisa menjadikan dirinya sebagai sosok orang tua karena aku tak pernah punya keluarga selama ini.

Ayden berdiri menanti jawabanku masih dengan tubuh setengah telanjang.

"Makan dulu boleh?" tanyaku manja. Suaraku terdengar seperti Ipin kelolotan ais ABC milik Uncle Muthu.

Ayden tersenyum, naik ke atas ranjang dan mencium pipiku. Dia bisa jadi pacar yang pengertian dan romantis.

"Yes, Princess. Makanan akan segera datang," ejek Ayden. Aku kian tersenyum lebar ke arahnya.

Usianya masih muda, tapi dia seolah orang tuaku bagiku. Rasa-rasanya aku seperti ingin menggantungkan seluruh hidupku padanya.

Aku suka saat terus bersamanya seperti sekarang. Apa boleh tinggal bersamanya saja?

"Tungguin di sini, biar gue pesan makanan dulu." Aku mengangguk.

Aku kembali berbaring dan merasakan bau aneh yang baru pertama kali kurasakan, tapi entah kenapa baunya membuatku merasa nyaman.

Ayden langsung menarik bajunya sembarang dari dalam lemari, dia langsung menyambar ponselnya dan menelpon restoran.

Kenapa orang tuanya tidak pernah ada di rumah? Tapi aku enggan bertanya. Bisa saja orang tua Ayden sama seperti para iblis itu, mereka kejam. Ayden memakai kaos cokrlat dan naik ke atas ranjang, sambil bermain ponsel.

DELISHA (END+LENGKAP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang