Hari ini Devano benar-benar akan bertemu Javas teman lamanya, tentu dengan Arina yang setia menemani. Mereka menunggu kedatangan sepasang suami istri di dalam sebuah restoran. Tak lama kemudian Javas datang dengan istri dan juga anaknya.
"Bro Devan, apa kabar sobat?" ucap Javas tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya. Devano tertawa sebelum memeluk Javas dan menepuk punggung gagah pria itu.
"Aku baik, kau sendiri bagaimana? Sepertinya Jepang lebih menarik ya Jav?" tanya Devano yang membuat Javas terkekeh.
"Gimana lagi Dev, udah kepincut orang sana. Eh iya kenalin ini istriku Nami." Devano dan Arina lantas menjabat tangan Nami bergantian.
"Nami."
"Arina." ucap Arina memperkenalkan diri sambil tersenyum manis.
Mereka pun banyak berbicara tentang kesibukannya masing-masing. Namun dari tadi perhatian Arina menuju pada balita yang sibuk mengemut jarinya sendiri dalam gendongan ibunya. Ah, Arina jadi ingin segera memiliki anak.
"Ngomong-ngomong berapa usianya, Nami?" tanya Arina sambil menggoyang-goyangkan tangan mungil sang bayi.
"Usia Ethan baru 5 bulan Arina." bayi itu tiba-tiba tertawa saat Arina mengusap pipi Ethan, membuat kedua wanita itu ikut tertawa.
"Menggemaskan sekali, ahh aku jadi ingin memiliki seorang anak juga." Nami yang menyadari perubahan raut wajah Arina pun jadi merasa tidak enak.
"Kalau begitu kalian harus lebih rajin lagi supaya cepat jadi." ucap Nami yang membuat keduanya kembali tertawa.
"Kau benar. Tapi sayangnya aku belum bisa mengandung dalam waktu dekat ini, karena baru saja keguguran dan dokter menyarankan untuk menunda momongan, kondisiku belum cukup kuat untuk mengandung." setelah mendengar hal itu Nami jadi merasa prihatin sekaligus tidak enak. Terlihat sekali jika wanita itu sangatlah penyayang, namun sayang sekali harus mendapat cobaan dari Tuhan.
"Maaf Arina aku tidak mengetahui hal itu." Arina menggeleng. "Tidak-tidak, tidak perlu minta maaf, Nami." dengan berat hati ia paksakan senyumnya meskipun hatinya sedang kacau saat ini.
Devano tampaknya juga sedikit mendengar pembicaraan kedua wanita ini. Pria itu lantas mengalihkan perhatian pada bayi kecil yang berada di gendongan Nami. Sangat mirip dengan Javas versi mini, ia jadi penasaran bagaimana rupa anaknya nanti apakah mirip dengannya atau malah mirip dengan Arina.
Sadar sang istri diam saja, Devano lantas menggenggam tangannya singkat sebelum kembali berkata untuk memecah suasana yang mendadak canggung.
"Boleh aku gendong bayimu Nami?" Nami pun mengangguk tanpa berfikir panjang. Wanita itu memindahkan Ethan kecil pada dekapan Devano.
"Halo jagoan kecil, ternyata kamu berat juga ya. Sayang lihat dia terus menatapmu." ujar Devano sangat antusias, lihat saja pria itu sudah cocok menjadi seorang ayah bukan.
Arina tersenyum sambil melihat interaksi Devano dengan bayi itu. Tidak bisa dipungkiri, jauh dari dalam lubuk hatinya, Arina ingin segera mendapatkan momongan agar ia bisa melihat sisi Devano yang seperti ini setiap hari.
"Sepertinya kalian sudah siap untuk memiliki anak." Kedua pasangan itu pun menoleh pada Javas dan tersenyum tipis.
"Kami selalu siap Jav. Tapi mungkin belum waktunya." jawab Devano sambil menatap penuh cinta ke arah Arina yang dibalas senyum tulus oleh sang wanita.
"Tidak apa Dev, aku dan Nami juga tidak langsung mendapatkan bayi. Setahun kami menikah, Nami baru mengandung." ucap Javas yang dibenarkan oleh Nami.
"Benar apa kata Javas. Usia pernikahan bukan penentu kapan kalian harus memiliki anak. Karena memiliki anak atau tidak itu adalah keinginan kedua pasangan, jadi jangan karena sudah lama menikah tapi belum memiliki anak kalian merasa minder. Menurutku itu adalah perspektif yang salah." ucap Nami sambil menatap Ethan yang tampak tenang dalam gendongan Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...