Hari telah berganti, mentari pagi mulai muncul diiringi dengan kicauan burung. Para wanita tampak sibuk di dapur, memasak banyak makanan untuk sarapan bersama. Setelah beberapa menit makanan pun telah tertata rapi di atas meja makan. Semuanya tampak puas dengan hasil yang mereka masak, terlihat menggugah selera.
Satu-persatu para lelaki mulai berdatangan diawali dengan Mr Rans dan Jony yang berjalan secara bersamaan. Keduanya lantas duduk di kursi masing-masing, tinggal satu pria yang belum juga turun, siapa lagi kalau bukan Devano.
"Arina di mana suamimu? Apa dia masih tidur?" tanya Mr Rans melihat semua sudah berkumpul kecuali Devano.
"Tadi aku sudah bangunkan dad, mungkin dia tertidur lagi. Kalau begitu aku akan mengeceknya terlebih dahulu." Arina mulai bangkit dari duduknya, saat berbalik ia bernafas lega melihat Devano berjalan ke arahnya.
"Halo sayang." Devano menyempatkan diri untuk mengecup kening Arina sebelum bergabung dengan yang lain, begitu pula dengan Arina.
Karena semua sudah lengkap, sarapan pun di mulai.
"Kalian jadi pergi ke Bali hari ini?" Devano mengangguk pada sang ayah.
"Iya dad, kami berangkat jam sepuluh." jawabnya.
"Rencananya berapa hari kalian di sana?"
"Mungkin hanya tiga hari dad, karena Jony harus kembali ke Singapura untuk mengurus perusahaannya kembali." jawab Devano yang diangguki oleh Jony.
"Hati-hati kalian, apalagi kau Jo, istrimu sedang hamil muda." Jony tersenyum lebar sambil mengusap bahu Jenny.
"Tenang saja paman, aku akan selalu menjaganya."
"Dan kau Dev, jangan sampai membuat Arina kelelahan." Devano menghentikan pergerakan tangannya, ia menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Maksudnya?"
"Tidak usah berpura-pura, aku tau kalian pasti akan berolahraga malam, bukan?" goda Mr Rans dengan menaik-turunkan alisnya jahil.
"Itu tergantung Arina sih," jawabnya sambil melirik sang istri yang saat ini tengah menunduk malu. Sedangkan mereka semua tertawa dengan ucapan Devano.
"Mr Corald kau membuatku malu." bisik Arina saat Devano mengambil lauk yang ada di depannya, membuat pria itu terkekeh kecil lantas mengecup bibir Arina kilat. Untung saja tidak ada yang melihat karena yang lainnya sedang sibuk makan.
"Mr Corald!!" Arina mencubit paha Devano hingga pria itu mengadu kesakitan.
"Iya I love you too sayang." tukasnya dengan terkekeh menghiraukan tatapan tajam yang Arina berikan untuknya.
****
Devano menggeret kopernya diikuti Arina yang berjalan di sampingnya, begitupula dengan Jony dan Jenny. Mereka akan pergi ke bandara, sebelumnya Devano sudah memesan dua taksi untuk mengantar kedua pasangan itu.
Di dalam taksi Arina menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong membuat Devano mengernyit bingung. Pasti ada sesuatu yang istrinya sembunyikan, sejak kemarin wanita itu lebih banyak melamun dan tidak banyak bicara.
Devano merengkuh bahu Arina agar wanita itu menatapnya.
"Kau kenapa? Sakit? Dari tadi aku perhatikan kau diam saja." Arina menggeleng lalu menyandarkan kepalanya di bahu Devano yang tampak menghela nafas. Lagi-lagi istrinya tidak mau bercerita.
"Tapi kau aneh sayang, apa kau tidak mau pergi ke Bali? Kita batalkan saja bagaimana?" mendengar itu Arina langsung bangun dan menghadap Devano dengan wajah yang bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...