Arina berjalan sambil mendorong troli di salah satu pusat perbelanjaan. Oh iya, dia tidak datang sendiri melainkan bersama ibu mertuanya yang sedang mencari daging, sementara dirinya bertugas mencari sayur-sayuran.
"Arina, sudah selesai atau belum?" tanya Nyonya Grace sembari mendorong troli yang penuh dengan berbagai daging.
"Sudah mom," jawabnya.
"Jadikan satu saja di troli mom. Kau tidak boleh mendorong barang yang terlalu berat." Arina tersenyum tipis, Nyonya Grace tidak ada bedanya dengan Devano, sama-sama posesif. Kini ia tahu sifat Devano itu menurun dari Nyonya Grace alias ibu mertuanya. Saat di kasir, Arina tidak sengaja melihat sesosok ibunya yang akan pergi keluar dari supermarket ini.
"Mom aku ingin keluar sebentar." tanpa menunggu jawaban dari ibu mertua, Arina bergegas menemui Sarah sebelum wanita itu menjauh.
"Jangan lama-lama Arina," teriaknya meskipun tidak terdengar oleh menantunya. Nyonya Grace dengan cepat membayar belanjaan ingin menyusul Arina, ia takut terjadi sesuatu pada menantu satu-satunya, apalagi dalam keadaan berbadan dua.
Sementara itu, Arina sudah mendekat pada ibunya ia pun memanggilnya, "Ibu." Sarah menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Arina? Bagaimana kabarmu nak?" Sarah berusaha menyapanya dengan ramah.
"Berhenti berpura-pura bu." Sarah mendadak terdiam. Arina sepertinya sudah mengetahui rencana untuk memerasnya.
"Apa maksudmu Arina? Ibu tidak mengerti." Arina melangkah lebih dekat.
"Ibu telah berbohong kepadaku tentang biaya sekolah Yunan, kenapa ibu melakukan itu?" Sarah menyeringai tipis, ia menatap angkuh Arina.
"Jadi kau sudah tau? Memangnya salah aku meminta uang pada putriku?" terlihat Arina menghembuskan nafasnya.
"Cara ibu lah yang salah, seharusnya ibu jujur saja padaku jika membutuhkan uang." sejenak Sarah tertawa.
"Sekarang kau sudah hidup mewah, kenapa aku meminta sedikit uang kau permasalahkan? Apa kau mulai perhitungan padaku?!" Arina menggeleng tegas.
"Bukan begitu bu, aku tidak masalah jika ibu meminta berapa pun asal aku mampu. Tapi cara ibu yang salah, kenapa harus berbohong? Bahkan Yunan tidak bisa mengikuti ujian karena telat membayar." kejadian Yunan membolos sekolah beberapa tempo lalu terlintas di benaknya, adiknya yang malang.
"Kau ingin menceramahiku?!" ucap Sarah dengan amarah yang membara.
"Jika kau tidak ikhlas bilang saja! Akan ku kembalikan uangmu!!" Arina meneteskan air matanya, ibunya kembali seperti dulu lagi.
"Aku ikhlas bu," ucapnya dengan suara parau.
"Begitu lebih baik." Sarah pergi dengan mendorong bahu Arina hingga ia sedikit terhuyung ke belakang.
"Ada apa Arina?" Arina segera menghapus jejak air matanya. Nyonya Grace memandang heran pada besannya yang pergi tanpa menyapanya.
"Tidak apa-apa mom, ayo kita pulang." Nyonya Grace lantas berjalan beriringan dengan Arina. Ada yang tidak beres di sini, jelas-jelas ia melihat mata Arina yang sembab, tapi menantunya tidak ingin cerita.
Arina sedikit melirik Nyonya Grace yang duduk di sebelahnya. Ia memohon pada Tuhan agar mertuanya tetap baik padanya dan tidak kembali seperti sebelumnya di mana wanita itu membencinya.
"Mom." Nyonya Grace menoleh.
"Ya?"
"Terimakasih sudah menerimaku sebagai menantumu," ucap Arina sambil tersenyum. Nyonya Grace menggenggam tangan Arina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...