Arina terbangun dari tidurnya, dapat ia rasakan sebuah tangan melingkar sempurna di pinggang rampingnya. Punggung polosnya terasa hangat saat bersentuhan langsung dengan dada Devano. Kalian jangan berfikir jika mereka telah melakukan hubungan suami istri. Nyatanya adalah tidak, Arina sedang kedatangan tamu jadi tidak mungkin mereka melakukan itu. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa tubuh mereka tidak menggunakan baju. Tenang saja, mereka tidak telanjang bulat alias half naked, Arina masih menggunakan celana trainingnya begitu juga dengan Devano yang memakai celana kainnya. Mereka berdua hanya bermain di bagian atas tidak sampai inti.
Gadis itu berusaha mengalihkan lengan Devano dengan perlahan. Ia turun dari ranjang dan segera memakai kaosnya yang dibuang sembarang oleh Devano. Ia menatap sejenak wajah teduh suaminya. Kemudian Arina melihat jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore, artinya satu jam lagi acara perayaan pernikahan mereka akan di mulai. Arina kembali duduk di sisi Devano sambil mengusap pipinya pelan.
"Dev, ayo bangun." Devano hanya bergumam tidak jelas. Arina menggelengkan kepala melihat sang suami yang tidur dengan nyenyak, ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.
Saat ia berdiri di depan kaca kamar mandi, Arina terkejut melihat banyaknya tanda yang Devano buat di dadanya. Suaminya itu benar-benar ingin balas dendam. Untung Devano tidak membuat tanda di bahunya, mana tahu jika dia nanti akan menggunakan baju model sabrina. Sejauh ini Bi Mia masih belum memberikan gaun untuk ia pakai nanti malam. Semoga gaun itu tidak terlalu terbuka.
Selesai mandi Arina keluar dengan handuknya seperti biasa, kali ini ia melihat Devano yang duduk menyender pada kepala ranjang. Sepertinya lelaki itu baru saja terbangun.
"Kau sudah bangun?" tanya Arina sambil mengeringkan rambut di meja riasnya.
"Hmm." Devano mengusap matanya, masih merasakan kantuk.
"Arina, itu ada gaun dari Bi Mia." gadis itu mendekat untuk membuka paper bag yang berisi gaun putih. Arina membulatkan matanya melihat model bajunya. Benar dugaannya, gaun ini memamerkan bahunya dan mungkin dadanya juga. Arina melirik takut ke arah Devano, suaminya pasti tidak mau jika ia memakai baju seperti ini. Apa boleh buat ia tidak ingin mengecewakan Mr Rans yang sudah memilihkannya gaun sebagus ini.
"Emm... sebaiknya kau mandi terlebih dahulu, sudah pukul setengah enam." Devano mengangguk dan pergi ke kamar mandi.
Arina memilih untuk merias diri di kamarnya saja agar Devano tidak mengetahuinya. Ia membawa semua alat make up nya ke kamar sebelah, tidak lupa dengan gaunnya.
Devano keluar dari kamar mandi mengernyit heran saat tidak menemukan Arina di dalam kamar. Apa istrinya sudah ke bawah, tapi kenapa tidak menunggunya. Tidak ingin lama berfikir, Devano segera berganti pakaian memakai setelan jasnya. Ia ingin segera ke bawah menyusul sang istri yang sepertinya sudah pergi terlebih dahulu.
Sesampainya di bawah, Devano mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Arina tengah para undangan yang sudah datang. Namun sedari tadi ia tidak menemukan gadis yang tadi pagi baru saja menyandang status sebagai istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...