Devano mematikan mesin mobil saat mereka sampai di halaman rumahnya. Laki-laki itu melirik ke arah gadis di sampingnya yang masih setia menutup mata. Devano bingung bagaimana ia membangunkannya, akhirnya ia memberanikan diri untuk menepuk bahu Arina.
"Nona." ucapnya sambil sesekali menepuk bahu Arina. Gadis itu masih memejamkan mata enggan untuk bangun sepertinya.
"Ayah.... aku takut." Devano mengernyit saat mendengar gumaman Arina, apa gadis ini sedang mengigau, pikirnya.
Saat Devano akan menjauhkan tangannya, tiba-tiba Arina memegang tangan Devano erat masih dengan mata yang terpejam. Laki-laki itu terperanjat kaget tubuhnya otomatis tertarik ke depan, jarak mereka sangat dekat bahkan Devano dapat merasakan hembusan nafas Arina yang menerpa wajahnya.
"Jangan pergi Ayah...." dengan perlahan Devano menarik tangannya yang di genggam oleh Arina, setelah berhasil laki-laki itu menghembuskan nafasnya lega. Tampaknya tingkah Devano membuat gadis itu sedikit terusik, ia membuka matanya. Menatap sekelilingnya yang masih terasa asing di matanya. Arina dapat melihat sebuah rumah megah dengan arsitektur yang begitu mewah, kemudian Arina mengalihkan pandangan ke arah Devano yang diam menatap depan.
"Maaf aku tertidur, kalau boleh tau ini di mana Tuan?" Devano tidak menjawab ia malah membuka pintu mobil dan segera keluar. Menyadari dirinya yang di abaikan, Arina lantas mengikuti langkah Devano.
Saat di depan pintu Devano berhenti sejenak, "Kau di rumahku sekarang, aku Devano jadi berhentilah memanggilku Tuan." Arina mengerjapkan matanya berkali-kali, ia tidak menyangka ternyata Devano bisa bicara panjang padanya, itu adalah kalimat terpanjang semenjak pertemuan mereka tadi.
Devano membuka pintu rumah dapat ia lihat di sana ada Ibu dan ayahnya yang sedang melihat televisi, mungkin mereka telah makan malam mengingat ini sudah pukul sepuluh malam.
Mr Rans menoleh ke arah pintu saat menyadari Devano telah pulang begitu juga dengan Nyonya Grace. Mereka berdua terkejut saat melihat Devano pulang tidak sendiri melainkan ia membawa seorang gadis. Keduanya segera melangkahkan kaki mendekati putra semata wayangnya.
"Tumben kau pulang larut, Dev?" tanya Mr Rans. Sementara istrinya sibuk menilai gadis yang terlihat lusuh di samping Devano. Sungguh Nyonya Grace bingung, bagaimana bisa putranya itu membawa seorang gadis yang berpenampilan seperti gembel itu ke rumah. Tidak masuk sekali dalam kriteria menantu idamannya.
"Ada sedikit masalah." kini Mr Rans beralih menatap gadis yang menundukkan kepalanya takut di samping putranya.
"Dan kau siapa, Nona?" merasa terpanggil, Arina segera menatap kedua orangtua Devano. Gadis itu membungkuk sopan dengan senyum yang terpatri di wajahnya.
"Selamat malam, saya Arina emm..." menyadari Arina yang kesusahan menjawab, Devano dengan tanggap langsung membantu.
"Dia teman ku, Dad." Mr Rans mengangguk, tapi tunggu sepertinya ia tidak asing dengan nama Arina.
"Siapa nama panjang mu, nak?" tanyanya memastikan sesuatu. meskipun sedikit bingung kenapa Ayah Devano menanyakan namanya, Arina tetap menjawab.
"Nama lengkap saya, Arina Handono." Mr Rans tampak tersenyum senang, ia mendekat ke arah Arina untuk mengusap rambut legam gadis itu. Devano berserta istrinya bingung melihat sikap Mr Rans, apa dia kenal dengan Arina.
"Astaga, jadi kau putri Aditya Handono, sahabat baikku." Arina terkejut bukan main, jadi pria ini sahabat Ayahnya, orang yang ingin ia temui. Arina bersyukur akhirnya ia berhasil bertemu dengan Mr Rans.
"Jadi Paman ini Mr Rans Corald?" pria itu mengangguk cepat.
"Dia putraku Devano, dan wanita itu adalah istriku Grace." rasanya Arina ingin menangis saja, kebetulan macam apa ini. Mungkin ini adalah jalan terbaik yang sudah di atur oleh Tuhan.
"Jadi Dad mengenal gadis ini?" tanya Devano.
"Iya, sudah lama semenjak Aditya meninggal. Ia berpesan agar aku merawat putrinya, aku sudah mencari mu kemana-mana nak. Dan sekarang kau datang kemari aku sangat bersyukur." Mr Rans berucap lega. Setelah sekian lama akhirnya ia berhasil menemukan putri sahabatnya ini.
"Dev, sebaiknya kau ajak Arina ke kamar tamu, biarkan dia membersihkan dirinya terlebih dahulu dan beristirahat." Devano mengangguk mengisyaratkan Arina agar mengikutinya. Arina mengucapkan terimakasih sebelum ia mengikuti Devano. Setelah mereka berdua tidak terlihat lagi, Nyonya Grace langsung bersuara.
"Apa maksud mu sayang, kau mengizinkan gadis itu tinggal di sini?" tanya Nyonya Grace tidak suka.
"Iya sayang, dia adalah putri Aditya kau tahu kan dia sudah banyak membantu keluarga kita. Bahkan ia rela memberikan sahamnya untuk perusahaan. Dan jangan lupakan sekarang perusahaan yang Devano pimpin tidak lain tidak bukan adalah perusahaan pemberian Aditya." Nyonya Grace tentu tidak akan lupa semua bantuan Aditya, tapi melihat Arina yang tidak modis itu membuatnya muak. Gadis itu terlalu kuno, Nyonya Grace tidak menyukai itu. Ia lebih suka gadis yang fashionable dan berkelas seperti Selin, seorang model yang sedang mendekati Devano akhir-akhir ini.
"Baiklah aku mengizinkan gadis itu tinggal di sini, tapi aku tidak suka dengan sikap kunonya itu sayang. Dia terlalu kampungan bagiku." Mr Rans menggelengkan kepalanya melihat sifat istrinya yang kelewatan.
"Dia akan beradaptasi dengan kita, karena aku berniat untuk menikahkannya dengan putra kita." Nyonya Grace menggeleng tidak setuju.
"Sayang jangan membuat putramu semakin kuno. Aku sudah menyiapkan calon yang lebih baik untuk Devano." ucapnya berusaha menyakinkan sang suami.
"Tidak ada yang lebih baik dari Arina, keputusan ku sudah bulat." Mr Rans melenggang pergi tanpa mau mendengar segala protes yang dilayangkan istrinya.
"Tapi sayang...." Nyonya Grace mendecak kesal saat suaminya malah pergi.
"Hancur sudah keinginanku memiliki menantu modern." Nyonya Grace langsung menyusul suaminya masuk ke dalam kamar.
***
Devano mengantarkan Arina di sebuah kamar seperti apa yang Mr Rans perintahkan.
"Ini kamarmu, Bi Mia sudah menyiapkan segala keperluanmu. Jika kau butuh bantuan, aku ada di sebelah." Arina mengangguk dan tersenyum yang sayangnya membuat jantung Devano berdetak dua kali lebih cepat. Ini tidak bisa di biarkan, gadis ini berbahaya bagi jantung Devano.
"Terimakasih Tu–maksud ku Devano." Arina tampak ragu saat mengucapkan nama Devano. Laki-laki itu hanya mengangguk dan kembali ke kamarnya di sebelah Arina.
Arina segera masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri. Untung saja sudah ada pakaian yang di siapkan oleh Bi Mia, pembantu di rumah ini.
Sekarang Arina sudah lebih segar, gadis itu bersiap untuk tidur. Namun sebelum itu ia menatap langit-langit kamar. Arina mengambil jaketnya dan merogoh sesuatu di dalam sana, ia memandangi sebuah foto.
"Ayah apa ini yang kau inginkan? Aku sudah menemukan sahabat Ayah. Paman Rans memang baik." Arina memeluk foto itu hingga ia terlelap dalam tidurnya. Baru kali ini Arina tertidur dengan lelap tanpa beban.
_____________
TBC
Selamat buat yang nebak kalau Mr Rans itu sahabat Ayah Arina kalian bener😊
Kira-kira siapa dulu nih yang tumbuh benih-benih cinta.
Arina or Devano?
Kira-kira ada yang tau nggak siapa yang jadi Selin di sini?
Jangan keluar rumah dulu ya teman kalau gak terlalu penting, stay di rumah aja kalau bosen baca Mr Corald aja oke😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...