17. Breakfast

2.8K 328 58
                                    

Devano berjalan turun menyusuri tangga. Tadi saat dia bangun istrinya sudah tidak ada di sebelahnya, mungkin Arina sedang membantu Bi Mia memasak di dapur. Benar saja, saat ia sudah sampai di meja makan, Devano melihat istrinya yang berjalan kesana-kemari menyiapkan sarapan pagi.

"Tumben sudah rapi, baru saja aku akan membangunkan mu." ucap Arina sambil menata piring di atas meja. Ditempat duduknya Devano berdeham pelan.

"Tidak ada kau di sisiku, makanya aku cepat bangun." Arina terkekeh mendengar ucapan sang suami yang ternyata pintar menggombal itu.

"Sudah jangan menggombal di pagi hari, kau ingin makan yang mana?" sambil menyembunyikan rasa malunya, Arina bertanya untuk mengalihkan pembicaraan. Devano menatap semua makanan yang tersaji, sambil berfikir.

"Emm.... aku ingin nasi goreng saja, kemarin-kemarin belum sempat memakannya, kan?" Arina tersenyum senang, dengan cepat ia mengambilkan nasi goreng di piring Devano. Tak lama kemudian Mr Rans dan Nyonya Grace datang langsung duduk di kursi mereka. Keduanya mengernyit saat melihat Arina mengambilkan Devano nasi goreng di piringnya.

"Son, kau sarapan bersama kami?!" ujar Mr Rans begitu senang sekaligus terkejut.

"Hm... aku ingin makan masakan istriku."

"Itu sangat bagus, son." Mr Rans tersenyum hangat menatap putra serta menantu barunya, kini Devano sudah banyak berubah berkat gadis cantik itu. Berbeda lagi dengan Nyonya Grace yang menatap Arina tidak suka, menurutnya gadis itu hanya ingin cari muka dihadapan suami dan putranya.

Saat semua sudah mengambil makanan, Arina duduk di sebelah sang suami. Mr Rans mengawali sarapan mereka. Devano menyuapkan sesendok nasi goreng buatan Arina, ia menguyah di dalam mulutnya. Tiba-tiba wajahnya menjadi merah padam dengan tangan yang menepuk-nepuk dadanya sesak, bahkan lelaki itu sampai terbatuk. Arina dengan sigap langsung memberikan segelas air putih pada Devano yang langsung diteguk habis olehnya.

"Kau baik-baik saja?" Nyonya Grace mencoba nasi gorengnya, kemudian ia meminum segelas air dan menatap Arina tajam.

"Apa yang kau lakukan hah?! kau sengaja ingin membuat Devano sesak?! seharusnya kau tau jika putraku itu sesak jika memakan makanan pedas, baru menjadi istrinya sehari sudah membuat masalah! bagaimana nantinya, kau ingin mencelakai Devano!!" cerca Nyonya Grace tanpa henti. Arina yang duduk di seberang hanya bisa menundukkan kepalanya, seharusnya ia lebih berhati-hati.

"Mom, sudahlah aku tidak apa-apa." ucap Devano sambil mengatur nafasnya. Ia sebenarnya tidak tau jika nasi goreng ini ternyata sangat pedas.

"Tetap saja, dia sudah mencoba mencelakai mu." Arina menatap Nyonya Grace sendu.

"Maaf, aku tidak tau jika Devano tidak bisa memakan makanan pedas." ucapnya sambil memilin roknya bagian bawah.

"Tidak apa-apa Arina, toh kau memang tidak tau kan?" bela Mr Rans, kemudian ia beralih menatap istrinya.

"Dan kau Grace, tidak seharusnya berbicara seperti itu pada Arina." Nyonya Grace membanting sendoknya kasar lalu berdiri hingga menimbulkan suara decitan.

"Aku selesai!" ujarnya lalu berlalu memasuki kamar tanpa menghabiskan sarapannya. Arina semakin merasa bersalah, ia membuat suasana sarapan pagi ini menjadi kacau.

"Biarkan saja dia, wanita itu benar-benar keras kepala." Mr Rans melanjutkan sarapannya, begitu juga dengan Devano yang kini memakan ayam goreng krispi buatan Arina.

"Dad, Dev, sepertinya kepala ku sedikit pusing, aku ingin beristirahat di kamar saja." tanpa berkata lagi Arina berlari ke atas menuju kamarnya dan Devano. Kedua laki-laki yang sedang sarapan itu memandang punggung Arina khawatir, terutama Devano.

Mr. CoraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang