Kedua pintu kamar hotel itu masih tertutup rapat, mungkin karena kemarin mereka lelah setelah seharian berkeliling. Mari kita lihat pasangan Arina dan Devano yang masih belum ada tanda-tanda kehidupan di sana, tampak betah berlama-lama di tempat tidur dengan saling memeluk satu sama lain.
Arina, orang pertama yang mengerjapkan matanya saat sinar matahari masuk melalui celah jendela membuatnya silau. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah dada telanjang suaminya. Wanita itu sedikit merapatkan selimut tatkala hawa dingin menyerbu permukaan kulitnya yang polos. Ia melirik jam dinding ternyata dia hanya tidur selama dua jam, tidak perlu bertanya pasti kalian sudah tahu apa yang mereka lakukan sebelumnya. Devano benar-benar menghukumnya tadi malam.
Wanita itu masih belum sempat memakai bajunya karena terlampau lelah, sedangkan Devano sudah memakai celana pendek. Ingin sekali rasanya ia melesat ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, tetapi ia tidak bisa bergerak lantaran Devano yang memeluknya erat seakan dia adalah guling yang empuk.
"Jangan banyak gerak sayang," gumam Devano semakin mempererat rengkuhannya dan menelusupkan kepalanya di ceruk leher Arina.
"Aku ingin mandi, tubuhku lengket Mr Corald." Arina masih mencoba melepas tangan dan kaki Devano yang menindihnya.
"Kiss me first," ucap Devano sambil mengerucutkan bibirnya dengan mata yang masih terpejam. Arina hanya menatapnya jengah, tidak mungkin pria itu cukup hanya dengan ciuman apalagi keadaannya sekarang tanpa sehelai benangpun yang akan memudahkan aksi Devano.
Cup
Lihat, Arina sudah menduga bahwa Devano tidak akan melepaskannya semudah itu. Kini pria itu menahan tengkuk Arina, tangannya juga tidak tinggal diam. Devano meremas sesuatu yang membuat Arina menahan geli, sepertinya ia harus menyiapkan tenaga untuk meladeni permainan Devano.
Lain lagi dengan pasangan Jony dan Jenny, sebenarnya mereka sudah terbangun tapi enggan beranjak dari tempat tidur karena malas. Alhasil kini keduanya hanya duduk di atas ranjang sambil menikmati acara televisi. Jenny duduk bersandar di dada Jony yang memeluknya dari belakang dengan tangan yang sibuk mengusap perut sang istri.
"Arina dan Devano sudah bangun belum, ya?" tanya Jenny.
"Sepertinya belum, coba kamu telfon Arina." Jenny mengangguk dan segera mendial kontak Arina, tapi tidak kunjung di angkat olehnya. Jenny kembali menelfon dan berhasil, Arina menjawab telfonnya. Jony mendekatkan telinganya ikut mendengarkan percakapan keduanya.
"Ya, ada apa jen?" jawab Arina dari seberang sana dengan nada yang sedikit terburu-buru.
"Hah, syukurlah kau sudah bangun. Ngomong-ngomong ayo kita sarapan bersama."
"Ah ya baiklah--akhhh" Jenny mengernyit saat tiba-tiba Arina berteriak.
"Kau baik-baik saja Arina?"
"Hmm, tadi ada cicak--berhenti dulu Mr Corald!!" kedua pasangan itu saling menatap bingung.
"Kalian bertengkar? Di mana Devano?"
"Halo Jen, adikku sedang tersiksa tolong jangan ganggu kami dulu oke." dan panggilan pun dimatikan begitu saja. Jony yang ikut mendengar hanya tertawa, ia tidak bodoh untuk mengerti ucapan Devano.
"Sepertinya mereka sedang memproduksi sayang, jadi kita sarapan lebih dulu atau menunggu mereka?" Jenny menggelengkan kepalanya.
"Aku ingin sarapan bersama, kita tunggu mereka saja. Aku mandi dulu," ucapnya sambil mengecup pipi Jony sekilas.
****
Dari kejauhan, Jony melihat kedua sejoli itu berjalan mendekat kearahnya yang sudah lebih dulu duduk di resto bersama sang istri. Siapa lagi kalau bukan Devano dan Arina, pasangan yang baru saja keluar dari sarang mereka. Setelah mereka duduk, Jony langsung memesan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomansDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...