41. Quarrel

1.5K 242 135
                                    

Tersadar menjadi bahan tontonan, Devano melepaskan lengannya dari pinggang Thesa dengan canggung. Mereka sama-sama tidak tahu harus melakukan apa, kejadian barusan telah membuat Devano terkejut, berbeda dengan Thesa yang sudah melihat pria itu kemarin.

"Terimakasih Dev," ucap Thesa sambil tersenyum tipis. Devano hanya mengangguk pelan.

"Bagaimana kabarmu?" sebenarnya Thesa ragu untuk bertanya, hanya sekedar basa-basi agar tidak terlalu canggung. Baru saja Devano akan menjawab, dering ponselnya membuat ia mengurungkan niatnya.

"Halo, ada apa Jo?"

"Arina pingsan, Dev." astaga, Devano sampai lupa ada tiga orang yang sedang menunggunya, apa karena menunggunya terlalu lama Arina jadi pingsan.

"Apa? Bagaimana bisa? Sekarang di mana kalian?" rasa khawatir mulai menyelubunginya.

"Kami membawa Arina ke kamarmu."

"Oke, aku akan ke sana." Devano mematikan sambungan ponselnya sepihak. Saat ia ingin berlari, kancing lengan kemejanya tidak sengaja tersangkut di baju Thesa membuat langkahnya terhenti.

"Aishh.." Devano menarik paksa kemejanya hingga kancing itu terlepas.

"Maaf, aku harus pergi." tanpa menunggu balasan dari Thesa, pria itu langsung berlari dengan cepat keluar cafe meninggalkan Thesa yang setia memandang punggung Devano.

"Kita bertemu lagi, apa takdir sedang mempermainkan ku sekarang?"

****

Devano membuka pintu kamar hotelnya dan melihat Arina yang tidur terlentang di atas ranjang, sedangkan Jenny dan Jony duduk di sofa. Ia segera mengambil tempat di sisi Arina.

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia sampai pingsan?" tanyanya bertubi-tubi pada Jony.

"Dia hanya kelelahan berlari." Devano mengerutkan keningnya.

"Berlari?" Jony mengangguk.

"Dia tiba-tiba berlari menjauh saat melihatmu memeluk Thesa di dalam cafe tadi," jelasnya. Devano memijat pangkal hidungnya, ia yakin Arina pasti sudah salah paham. Devano kembali menatap sang istri yang masih terlihat jelas jejak air mata di pipinya.

"Aku hanya menolongnya, tidak lebih." Devano mengecup punggung tangan Arina yang entah sejak kapan ia genggam.

"Aku tau kau tidak mungkin sengaja melakukan itu, tapi Arina bisa saja salah mengartikan, apalagi Thesa adalah mantanmu Dev. Wanita mana yang tidak cemburu melihat suaminya memeluk sang mantan kekasih." Devano tahu jika ia salah, tapi tidak mungkin dia membiarkan Thesa terjatuh di hadapannya.

"Aku tau, aku salah Jo." Jony menepuk bahunya pelan.

"Jelaskan padanya setelah dia sadar." Devano mengangguk patuh.

"Dev, awas saja sampai kau dekat-dekat dengan Thesa dan menyakiti Arina, aku tebas kau!!" ujar Jenny dengan ketus.

"Iya-iya, Jo istrimu galak ternyata," ucap Devano sedikit terkekeh.

"Galak-galak begini juga aku sayang." jawaban Jony sukses membuat Jenny menunduk malu menyembunyikan rona merah di pipinya yang mungkin terlihat sekarang. Devano hanya meliriknya dengan datar. Dasar bucin.

Tak lama kemudian Arina membuka matanya dan menatap langit-langit, ternyata ia sudah berada di kamar hotel. Seingatnya tadi dia berlari setelah melihat Devano dan Thesa, selanjutnya Arina tidak mengingat apapun lagi. Wanita itu melirik ke samping di mana Devano duduk membelakanginya, mereka bertiga masih belum menyadari jika Arina telah sadar.

Arina bergerak pelan untuk menjauhkan dirinya dari Devano yang langsung menoleh padanya dengan khawatir.

"Sayang, kau sudah bangun?" Devano mencoba mengusap rambut sang istri namun dengan cepat Arina menepisnya. Jony dan Jenny yang paham akan situasi pun segera pamit pergi ke kamarnya, memberi ruang untuk mereka bicara.

Mr. CoraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang