07. Ceroboh

2.7K 386 115
                                    

Gila aku seneng banget, kalian pada banyak yang komen di part sebelumnya, pecah banget😭

Bikin aku makin semangat nulis, makasih ya..

Happy reading!








Di hari Minggu ini, semua keluarga Corald tidak bekerja. Jadi rumah tidak sepi lagi seperti hari biasanya. Kebetulan Arina sedang menjemur pakaian di halaman belakang, ia hanya ingin membantu Bi Mia, lagi pula Arina merasa sungkan jika menumpang di sini tanpa melakukan apapun. Mungkin beberapa hari ke depan ia akan mencoba untuk mencari pekerjaan.

Mata Arina tidak sengaja menangkap sosok Devano yang tengah berjalan mendekati kolam renang yang terletak bersebelahan dengan tempatnya menjemur pakaian sekarang. Gadis itu masih memperhatikan Devano yang bersiap membuka bajunya, namun dengan cepat ia melanjutkan kegiatan menjemur pakaiannya.

Byur

Arina kembali memandang Devano yang kini sedang berenang hanya menggunakan celana renang tanpa sehelai baju atau shirtless. Sekali lagi Arina susah payah menelan ludahnya saat melihat otot perut Devano yang begitu menggoda. Gadis itu berusaha mengalihkan pandangannya tapi gagal, Arina selalu gagal fokus. Kemudian Arina kaget bukan main saat Devano membalas menatapnya, gadis itu segera menghindar dan melanjutkan kegiatannya.

"Arina!!" gadis yang terpanggil itu merutuk dalam hati, lihat sekarang Devano malah memanggilnya.

"Iya, ada apa?" Devano memberi isyarat agar ia mendekat, Arina menurut lalu mendekat menuju kolam renang.

"Buatkan aku jus." ucapnya datar tanpa menoleh sedikitpun.

"Baiklah." Arina segera masuk ke dalam untuk membuatkan jus. Sekitar lima belas menit ia kembali dengan membawa segelas jus stroberi.

Devano segera naik ke atas untuk meminum jusnya. Arina berusaha untuk tidak melihat badan Devano yang semakin mendekat ke arahnya. Setelah Devano mengambil jusnya, gadis itu segera pergi ke tempat jemuran untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Arina terus menggeleng mencoba menghilangkan dada bidang Devano yang memenuhi pikirannya sampai ia tidak tahu jika langkahnya semakin mendekat ke arah kolam, dan...

Byur

Arina sukses terjebur ke dalam air, sialnya gadis itu tidak bisa berenang. Tangannya mencoba untuk menggapai pinggiran kolam namun tidak sampai. Devano berdecak malas melihat kecerobohan gadis itu. Dengan cepat ia segera menjeburkan diri. Laki-laki itu langsung memeluk Arina yang terlihat panik, bahkan nafasnya tersengal-sengal. Tanpa sadar Arina mengalungkan tangannya ke leher Devano.

Kini tidak ada lagi jarak di antara mereka, hidung keduanya bersentuhan, nafas mereka saling memburu. Devano maupun Arina masih saling menatap satu sama lain. Tatapan yang tidak terbaca oleh keduanya. Tiba-tiba Devano mendekatkan wajahnya pada Arina, sedangkan gadis itu masih menatap mata Devano. Sedikit lagi bibir mereka akan bersentuhan apabila Arina tidak menghancurkan semuanya.

Uhuk uhuk

Devano segera menjauhkan wajahnya dan menggiring Arina ke tepian. Ia memandang sejenak gadis yang tengah terbatuk itu. Bagaimana bisa ia berniat untuk menciumnya tadi, di mana akal Devano. Laki-laki itu lantas melirik tubuh Arina yang sialnya tercetak jelas, Devano mengalihkan pandangan saat melihat sesuatu yang bulat tapi bukan tekat. Ia segera meraih handuk dan melemparkannya pada Arina.

"Dasar ceroboh!" ucapnya ketus sebelum akhirnya ia pergi untuk membilas tubuhnya.

Arina membalut tubuhnya yang kedinginan dengan handuk Devano, bahkan handuknya beraroma maskulin seperti Devano. Gadis itu segera bangkit menuju kamarnya, sebelum tubuhnya semakin kedinginan.

****

Siang ini Mr Rans tampak berbincang-bincang dengan putranya, Devano. Di temani dengan teh hangat dan kopi Mr Rans mulai berdeham untuk memulai pembicaraan.

"Son, kau tahukan perusahaan milikmu itu sebenarnya adalah pemberian Ayah Arina." Devano mengangguk membenarkan ucapan Mr Rans, ia menyeruput tehnya sembari menunggu Ayahnya kembali berbicara.

"Sebenarnya Aditya berpesan jika kau menikahi Arina, maka perusahaan itu akan mutlak menjadi milikmu. Dan aku telah berjanji akan melaksanakan keinginannya." Devano menghentikan pergerakan tangannya dan meletakkan gelas itu di meja dengan keras hingga menimbulkan bunyi.

"Apa?! Bukannya perusahaan itu sudah milikku Dad?" setahu Devano, perusahaan yang sudah ia pimpin itu sepenuhnya miliknya. Tapi ternyata ia baru tahu hal sepenting ini sekarang.

"Maafkan Dad, menyembunyikan ini semua. Tapi Dad melakukan ini untuk kebaikan mu Dev, Arina gadis yang baik percayalah." Devano memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening. Kini pikirannya tertuju pada gadis yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Memang Ayahnya tidak sepenuhnya salah jika Arina gadis baik, namun tetap saja ini semua terlalu mendadak bagi Devano.

Jika ia tidak menikah dengan Arina, perusahaan itu akan berpindah tangan darinya begitu? Tidak-tidak, Devano tidak bisa membiarkan itu semua. Susah payah ia membangkitkan kejayaan PT. Hans yang hampir bangkrut waktu itu. Devano tidak akan menyerahkan perusahaan itu dengan mudah ke tangan orang lain.

"Baiklah aku akan menikah dengan Arina." ucapnya final. Mr Rans menepuk bahu Devano bangga dengan keputusan yang diambil.

"Dad akan mempersiapkan pertunangan kalian besok." setelah itu Mr Rans langsung pergi meninggalkan Devano yang masih berkutat dengan pikirannya. Ia masih bimbang apa keputusannya ini sudah benar atau tidak.

****

Devano melangkahkan tungkai kakinya ke arah dapur. Saat akan berbelok ia tidak sengaja menabrak Arina yang sedang membawa jus jeruk untuk Nyonya Grace. Alhasil jus itu tumpah mengenai baju Devano. Arina membulatkan mulutnya dan segera mencari tissue untuk membersihkan baju Devano.

"Ma-maaf aku tidak sengaja." Devano menggeram tertahan.

"KAU ITU KENAPA CEROBOH SEKALI, HAH!!" bentaknya pada Arina, gadis itu tersentak kaget. Matanya berkaca-kaca menatap Devano yang menatapnya tajam. Baru kali ini dia di bentak oleh seorang laki-laki. Ayahnya bahkan tidak pernah membentak dirinya.

"A-aku benar-benar tidak sengaja, maaf." ucap Arina dengan suara paraunya. Ia menunduk sambil berjalan melewati Devano. Laki-laki itu mencekal pergelangan tangan Arina lalu menyeretnya begitu saja.

Devano mendudukkan Arina di atas ranjangnya. Gadis itu hanya diam sekaligus bingung. Devano mengobrak-abrik isi lacinya. Setelah menemukan benda yang ia cari, laki-laki itu menarik pergelangan tangan kiri Arina dengan lembut. Seketika Arina baru sadar jika dia memakai baju berlengan pendek, otomatis luka bakar yang masih belum sembuh benar itu terlihat. Dan kini Devano dengan cekatan mengoleskan salep pada luka Arina. Sesekali ia meniupnya.

"Kenapa..." Devano terdiam mendengar Arina bersuara, " Kenapa kau melakukan ini?" Devano kembali menyimpan salepnya setelah selesai mengobati Arina.

"Sejak kapan kau memiliki luka ini?" bukannya menjawab pertanyaan Arina, Devano justru mengajukan pertanyaan lain.

Arina tidak menjawab, ia langsung beranjak, "Makasih." ujarnya ketus kemudian ia pergi meninggalkan Devano yang tampak menyesal telah membentak gadis itu tadi.

Di balik pintu Arina mengusap air matanya kasar, ia masih bingung dengan sikap Devano yang sulit di tebak. Tadi membentak kemudian memberikan perhatian padanya, sebenarnya apa yang lelaki itu mau.

___________

TBC


Devano ini maunya apa sih?

Oh iya sekali lagi terimakasih banyak yang udah komen di part sebelumnya, sangat membantu aku banget😭

Kalau kalian antusias sama cerita ini, aku bakal usahain buat rajin update🤗

Mr. CoraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang