Pagi ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jika biasanya Arina bangun dengan melihat wajah suaminya, kini ia hanya bisa melihat guling yang semalaman ia peluk itu.
Ting!
Bunyi ponsel mengalihkan perhatian Arina, ia mengambil ponselnya di atas nakas dan membaca satu pesan dari Devano.
Mr Corald ❤️
Bersiaplah aku akan menjemputmu
Kita pergi ke rumah sakit bersama
Sampai jumpa<3Kira-kira seperti itulah isi pesan Devano yang berhasil membuat Arina tersipu, namun ia segera menghilangkan semua rasa itu, ingat ia masih marah pada suaminya. Meski tidak dapat di pungkiri jika Arina masih belum terbiasa dengan keadaan yang entah sampai kapan akan selesai ini. Arina pun segera membersihkan diri dan bersiap sebelum Devano sampai.
Di dapur tampak Sarah sedang memasak makanan. Ngomong-ngomong Arina tidak tahu apa penyebab ibunya kini sudah berubah. Kemarin saat ia baru sampai, Sarah langsung menanyainya dengan berbagai macam pertanyaan hingga Arina sendiri kuwalahan menjawab. Dengan sedikit berbohong, Arina menjelaskan bahwa ia rindu suasana rumah, Sarah langsung memeluknya dan memberi beberapa nasihat layaknya seorang ibu yang begitu menyayanginya, Arina sampai bingung melihat perubahan sikap Sarah. Namun di sisi lain ia juga turut merasakan senang, kini perilaku ibunya terhadap dirinya telah berubah.
"Kau sudah bangun, apa tidurmu nyenyak semalam?" tanyanya saat melihat Arina berjalan mendekat untuk membantunya.
"Hem sangat nyenyak." jawab Arina sambil memotong kentang menjadi beberapa bagian.
"Baguslah, oh iya tumben pagi-pagi sudah rapi begini?" Sarah menelisik pakaian Arina dari atas sampai bawah.
"Ah itu, Devano akan menjemputku untuk pergi ke rumah sakit."
"Rumah sakit? Ada keperluan apa kalian pergi ke sana?" Arina reflek menepuk dahinya pelan.
"Astaga, maaf bu aku lupa memberitahu jika ibunya Devano masuk rumah sakit kemarin," jelasnya.
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Darah tingginya kambuh, bu." Sarah tampak menganggukkan kepalanya paham.
"Ibu tidak bisa menjenguknya sekarang, kalau begitu ibu titip makanan saja ya, dan juga sampaikan salamku padanya." Arina lantas mengangguk senang.
"Baik bu."
Tak lama terdengar bunyi bel, saat Arina ingin berjalan ke depan, ternyata Yunan sudah lebih dulu berlari membukakan pintu.
"Kak Devano?" serunya saat melihat kakak iparnya sedang berdiri di depan pintu dengan senyuman khasnya.
"Hai, apa kakakmu ada di dalam?"
"Tentu saja, ayo masuk kak." Yunan menggeser sedikit tubuhnya memberi ruang agar Devano masuk.
"Langsung ke meja makan saja kak, kita sarapan bersama." Devano mengangguk dan mulai mengekori Yunan yang berjalan lebih dulu.
Devano melihat ibu mertua dan istrinya yang sedang menata makanan di atas meja makan. Semalaman Devano tidak bisa tidur hanya karena tidak ada sosok sang istri di sampingnya, rasanya sangat mengganjal, benar-benar aneh.
Senyumnya terbit saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu, tapi Arina hanya diam lalu membuang muka. Setelah mereka duduk, sarapan pun di mulai. Keadaan menjadi hening sejenak, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu.
"Yunan, kau berangkat dengan kakak saja sekalian." Yunan menatap Arina lalu menggeleng.
"Tidak perlu kak, aku naik motor saja." Devano melirik Yunan sekilas, ia menepuk pelan bahu pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...