Arina menyandarkan tubuhnya di dada bidang Devano. Semerbak bunga mawar menguar di seluruh penjuru ruangan, gemericik air menambah kesan romantis kedua insan yang sedang berendam di bathub setelah melanjutkan kegiatan mereka dan berhenti beberapa menit yang lalu. Masih sama-sama tidak mengenakan sehelai benangpun, Devano mengusap lengan Arina dari belakang.
"Lelah ya?" Arina memainkan jemari Devano sembari menggeleng pelan.
"Asal kamu senang," jawabannya dengan lembut, bagaimana Devano tidak semakin cinta dengan istrinya ini.
"Maaf tubuhmu jadi lebam karena ulahku, pasti sakit kan?" Arina membalikkan badan menghadap sang suami lalu menyisir rambut Devano ke belakang menggunakan jemarinya.
"Aku tidak apa Mr Corald, kamu mau satu ronde lagi? Aku masih kuat kok." Arina mulai menggerakkan bagian bawahnya yang bersentuhan langsung dengan milik Devano, namun pria itu menolaknya secara halus.
"Tidak sayang, sudah cukup. Kita sudah bermain lama tadi, dan aku tau kamu pasti lelah." Arina tersenyum tipis lalu bangkit dari posisinya dan mengambil handuk kimono miliknya. Devano hanya diam memperhatikan aktivitas istrinya.
"Aku akan memesan makan malam, kamu cepat ganti pakaian, hmm." Devano hanya mengangguk patuh memandang punggung Arina yang menghilang di balik pintu.
Usai mengganti pakaiannya, Arina duduk di meja riasnya sambil mengeringkan rambut. Hampir satu bulan ia tidak menggunakan peralatan make up yang masih tertata rapi itu. Tak lama kemudian Devano keluar dari kamar mandi dengan celana training dan kaos hitam polos. Saat ia ingin mendekat kearah Arina, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Devano pun sedikit menjauh untuk mengangkat telepon dari ayahnya.
"Ada apa Mr Corald?" tanya Arina saat Devano sudah kembali.
"Dad dan mom tidak pulang hari ini karena pergi ke luar kota untuk urusan bisnis," ucap Devano mendekat ke arah istrinya dan memeluk bahu Arina dari belakang.
"Berapa lama?"
"Tidak tahu, mungkin dua hari. Oh ya, aku sudah bilang pada dad jika kamu sudah pulang ke rumah, kamu tahu? mom berteriak kesenangan tadi." Arina mempoutkan bibirnya.
"Padahal aku sangat rindu pada mom dan dad." Devano mengecup pipi Arina gemas.
"Sabar sayang, mereka tidak akan lama."
"Baiklah, kalau begitu ayo kita turun ke bawah. Mungkin sebentar lagi pesananku sampai." Devano mengangguk dan merangkul pinggang Arina berjalan ke dapur.
****
"Kamu yakin ingin menemuinya? Tidak memikirkan perasaanku ya?" celoteh Devano sambil menyetir mobil dengan kesal.
"Ayolah Mr Corald, kami hanya sebatas teman, percayalah."
Pagi ini Arina meminta Devano untuk mengantar dirinya ke rumah sakit. Ia ingin menemui Raka sebelum lelaki itu pulang, ia juga ingin meluruskan kesalahpahaman yang ada diantara dirinya dan Elsa. Namun dari tadi Devano selalu menggerutu tidak setuju degan ide Arina. Ia tidak mau jika istrinya menemui pria yang bernama Raka itu.
"Oke, hanya sebentar cukup hari ini saja, mengerti?" Arina memekik senang sampai-sampai ia mencium pipi Devano.
"Yeay! Terimakasih Mr Corald." kalau begini Devano mana tahan marah pada istrinya.
Sesampainya di rumah sakit, Arina tampak bersemangat untuk bertemu Raka membuat Devano geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang istri yang seperti anak kecil.
Tanpa mengetuk pintu Arina masuk ke dalam dan langsung di suguhkan pemandangan Elsa yang sedang menyuapi Raka dengan telaten. Devano pun mensejajarkan langkahnya dengan sang istri seraya merangkul bahunya mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...