25. Terungkap

2.3K 310 90
                                    

Arina pergi ke halte untuk memenuhi janjinya kemarin. Wanita itu berjanji akan menemui ibu tirinya pagi ini. Sesampainya di sana ia mendapati Sarah yang sudah duduk di halte tempat mereka bertemu kemarin. Dengan riang Arina mendekati ibunya.

"Ibu.." Sarah bangkit dari duduknya dan memeluk Arina singkat. Senyumnya tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Ini bu, Arina sudah menyiapkan sejumlah uang. Ibu bisa gunakan juga untuk keperluan ibu sehari-hari." Arina memberikan amplop coklat yang berisi lembaran uang. Sarah dengan senang hati menerimanya.

"Tapi Arina apa ini tidak terlalu banyak?" Arina menggeleng.

"Tidak bu, ini untuk ibu dan juga Yunan." Sarah memeluk Arina sekali lagi.

"Terimakasih Arina, kau sangat baik."

"Jangan begitu bu, kau dan Yunan juga bagian dari keluargaku." ucap Arina sambil menggenggam tangan Sarah.

"Ah kalau begitu ibu pergi ke sekolah Yunan dulu ya." Arina mengangguk lalu tersenyum.

"Hati-hati, bu." Sarah membalikkan tubuhnya membelakangi Arina. Ia terkekeh pelan.

"Dasar bodoh!" gumamnya pelan, kemudian ia pergi menjauh dengan langkahnya yang angkuh.

Arina juga ikut pergi saat ibunya menghilang dari pandangannya. Wanita itu menghela nafas pelan sambil menunggu taksi yang ia pesan sebelumnya.

Drrtt drrtt

Arina segera merogoh ponselnya yang bergetar kemudian tersenyum melihat nama suaminya terpampang di layar ponsel. Ia langsung menggeser ikon berwarna hijau untuk menerima panggilan dari Devano.

"Halo."

"Halo kau baik-baik saja kan? ibu tidak menyakitimu bukan?" dapat Arina dengar suara panik Devano dari seberang sana membuat wanita muda itu terkekeh.

"Aku baik-baik saja, sudah kubilang kan hubungan kami telah membaik, kau tidak perlu khawatir Mr." ujar Arina diselingi dengan kekehan ringan.

"Hah syukurlah, kau ingin aku jemput?" Arina menggeleng tegas meski Devano tidak akan melihatnya.

"Eii tidak perlu Mr Corald, aku sudah memesan taksi." tukasnya. Arina jelas tidak ingin merepotkan suaminya yang sudah pasti tengah sibuk saat ini.

"Baiklah aku akan menemanimu sampai taksinya datang, jangan tutup ponselnya dulu." pipi Arina bersemu merah, Devano memang pandai membuatnya tersipu. Pria ini sangat perhatian padanya.

"Iya—oh taksinya sudah datang, aku tutup dulu ya." tukasnya begitu melihat taksi yang sudah berhenti di depannya.

"Iya, hati-hati di jalan." Arina berdeham lalu mematikan sambungan ponselnya, ia masuk ke dalam taksi yang baru saja datang itu.

"Pak tolong antar saya ke kantor Hans Corp." Arina memang berniat untuk datang ke kantor sang suami tentunya tanpa sepengetahuan Devano, ia ingin membuat kejutan.

"Baik Nona." mobil taksi itu mulai berjalan di keramaian hiruk pikuk jalan raya di Surabaya yang dipenuhi banyak kendaraan.

Arina sedikit mengoleskan lipstik merah muda di bibir tipisnya. Tidak lupa ia juga melihat kembali penampilannya. Intinya hari ini Arina harus tampil cantik di depan Devano, karena ia berniat mengajaknya makan siang bersama.

****

Hari ini Mr Rans datang berkunjung di kantor Devano untuk menyerahkan surat kekuasaan. Seperti janji almarhum ayah Arina, jika Devano menikahi putrinya maka perusahaan ini sepenuhnya milik Devano.

Mr. CoraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang