Siap-siap ini mengandung bawang gais, maapkan diriku😭
________________
Pagi ini entah kenapa Arina ingin pergi jalan-jalan. Devano sudah berangkat ke kantor, tidak mungkin ia pergi sendiri, yang ada nanti malah kena omel. Akhirnya Arina memutuskan untuk mengajak Nyonya Grace saja, dan untungnya wanita itu tidak menolak sama sekali.
Nyonya Grace mengusulkan ide agar mereka pergi ke toko bayi saja, sekalian melihat-lihat, tentu Arina senang dan menyetujui ide sang mertua.
Kini mereka sudah sampai di toko peralatan bayi. Dengan perutnya yang buncit, Arina berkeliling di temani Nyonya Grace. Wanita itu sangat antusias melihat berbagai macam peralatan makan bayi, sangat lucu sekali.
"Mom, bukankah ini bagus?" tanya Arina sambil menunjuk salah satu set alat makan bayi berwarna biru.
"Bagus, kau ingin membelinya?" Arina lantas mengangguk dan menyuruh pegawai untuk mengambilnya karena terlalu tinggi.
Setelah membeli beberapa barang, Nyonya Grace dan Arina memutuskan untuk makan di salah satu restoran. Berkeliling toko seluas itu benar-benar menguras tenaga mereka, apalagi Arina yang tengah berbadan dua. Saat memilih menu makanan pun, Nyonya Grace sangat posesif agar Arina tidak makan ini dan itu. Berakhirlah dengan Arina memakan makanan yang Nyonya Grace pesankan.
Perut sudah terisi, dan sekarang mereka bingung akan ke mana lagi. Hari juga mulai panas, mereka memilih untuk pulang saja. Namun Arina lagi-lagi menginginkan untuk naik bus ketimbang mobil pribadi mereka. Nyonya Grace dengan sedikit mengeluh menuruti permintaan menantu yang sedang mengandung cucu pertamanya itu.
Jujur saja sudah lama sekali Nyonya Grace tidak menaiki bus sejak menikah dengan Mr Rans. Dan ini akan menjadi kali pertama ia naik bus setelah sekian lama. Jika bukan karena keinginan bayi yang Arina kandung, Nyonya Grace tidak akan mau naik angkutan umum.
Mereka duduk berdua di halte menunggu bus tiba. Semilir angin membuat rasa panas yang menyengat ini sedikit berkurang, untungnya halte ini di tempat yang dingin dan dikelilingi pepohonan. Wanita itu anti panas bukan?
"Kenapa busnya tidak datang-datang, Arina?" yang ditanya hanya tersenyum.
"Mungkin sebentar lagi, bukankah menyenangkan duduk di luar begini mom? Udaranya segar sekali." Arina memang benar, Nyonya Grace jarang sekali keluar rumah dan menikmati udara segar seperti ini. Namun yang tidak dia suka adalah dari tadi ia melihat sekitar dua orang laki-laki yang terus menatap ke arah mereka dari kejauhan.
"Arina sebaiknya kita pergi saja, sepertinya ada yang mengawasi kita." Nyonya Grace melirik ke arah pria itu dan benar saja kedua pria botak itu mendekat ke arah mereka. Nyonya Grace dengan sigap langsung berdiri di depan Arina.
"Ada apa ya?" Arina melirik takut di belakang Nyonya Grace. Kedua pria itu tampak menyeringai tipis, sebelum mereka menarik paksa tas yang Nyonya Grace bawa.
"Yak lepaskan!! Tolong ada copet!!! teriak Nyonya Grace, tapi sepertinya percuma karena memang jarang ada orang lewat di siang bolong begini, apalagi ini bukan jalan utama.
Tangan Arina gemetar ia mencoba menelfon suaminya. Namun baru saja ia akan mendial kontak Devano, salah satu pria itu langsung membanting ponsel Arina hingga hancur.
"Berani-beraninya kau menelfon hah!!!" pria itu mendorong Arina hingga wanita itu jatuh kesakitan. Nyonya Grace membulatkan matanya melihat Arina yang kesakitan.
"Yak apa yang kau lakukan pada menantuku!!" Nyonya Grace masih menggenggam erat tasnya, kalau tidak ada barang penting mungkin ia sudah mengikhlaskan tasnya, tapi di dalam tasnya ini terdapat barang penting peninggalan mendiang ibunya. Ia tidak bisa membiarkan kedua pria itu mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...