"HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY DEVANO! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! WOOAH!!" Devano yang baru saja keluar dari kamarnya, tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran sang ibu yang membawa kue ulang tahun serta Arina yang bernyanyi lagu ulang tahun bersama Mr Rans.
"Sekarang pejamkan matamu untuk membuat permohonan, lalu tiup lilinnya." Devano memejamkan mata mengikuti instruksi ibunya. Setelah itu ia meniup lilin dengan semangat bertepatan dengan Mr Rans dan Arina yang bertepuk tangan.
"Thank you mom, dad," ujarnya sambil memeluk kedua orangtuanya.
"Sama-sama sayang, mom harap kau menjadi pribadi yang lebih baik dan penyayang."
"Hmm, pasti mom."
Kini giliran Mr Rans yang menepuk bahunya pelan, "Jadilah lelaki yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya."
"Kau adalah panutanku dad," tukasnya sambil tersenyum.
"Kalau begitu ayo turun, kita akan sarapan bersama. Mom dan Arina sudah memasak banyak makanan di hari spesial mu ini." Devano mengangguk dan berjalan di belakang kedua orangtuanya sambil merangkul bahu sang istri.
"Terimakasih sayang," ucap Devano mengecup pelipis Arina.
"Tunggu dulu, masih banyak kejutan Mr Corald. Jangan berterimakasih sekarang," balas Arina sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Benarkah? Aku akan menantikannya." keduanya lantas tersenyum.
Setelah sarapan, Devano bersiap untuk pergi ke kantor. Arina pun sudah berganti pakaian, niatnya hari ini ia akan ikut ke kantor suaminya. Sudah lama juga ia tidak mengunjungi kantor Devano.
Sesampainya di lobby, Devano kembali dikejutkan dengan para karyawan yang membentuk sebuah barisan untuk menyambutnya. Tiba-tiba dari ujung lorong Justin mendorong sebuah meja yang di atasnya terdapat kue ulangtahun berukuran lumayan besar. Tak lama kemudian semua orang mulai bernyanyi dan bertepuk tangan.
"SELAMAT ULANGTAHUN PAK DEVANO! WHOOO!!!" bertepatan dengan itu terdengar bunyi terompet dan confetti bertebaran dimana-mana.
Devano hanya geleng-geleng kepala melihat semua karyawannya yang tampak bersemangat, ia melirik ke arah Arina yang berdiri di sampingnya.
"Ini rencanamu?" tanyanya, yang di balas cengiran oleh sang istri.
"Kamu suka?" Devano mengangguk.
"Hmm, teri––" Arina dengan cepat meletakkan jari telunjuknya di bibir Devano.
"Eittss, sudah ku bilang jangan berterimakasih dulu." Devano tersenyum.
"Jadi masih ada lagi?" Arina hanya mengendikkan bahu sambil tersenyum lebar.
"Dev, ayo sekarang potong kuenya." ucapan Justin membuatnya kembali menghadap kue besar di hadapannya. Devano mengambil pisau lalu memotong sedikit kue itu dan menyuapkannya pada Arina.
"YEAYY!!!" semua orang pun bertepuk tangan meriah.
"Apa ada yang ingin kau ucapkan pada istrimu yang sudah merencanakan semua kejutan ini?" Devano lantas menatap Arina yang menundukkan kepalanya malu karena semua orang kini menatapnya.
"Kurasa terimakasih saja tidak cukup, emm... i love you?" semua karyawan wanita sontak berteriak heboh mendengar ucapan Devano yang menurut mereka sangat romantis, karena memang Devano ini terkenal dengan sifat dinginnya pada orang-orang, maklum mereka terkejut saat mendengar seorang Devano mengatakan hal itu di depan umum.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Arina sekarang, rasanya ia ingin menghilang saja karena rasa malu. Wanita itu membalas tatapan mata teduh Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...