Karena lagi bulan puasa, mending baca pas malem deh:)
______________
Devano dan Justin telah sampai di tempat pesta. Benar dugaan Devano pesta ini lebih mirip sebuah club malam. Pak Lim menyambut kedatangan mereka dengan baik, ia juga mengatakan agar mereka menikmati pesta privat miliknya ini.
"Justin, pukul sepuluh aku akan pulang. Jika kau masih ingin di sini, pulang lah sendiri menggunakan taksi." Devano benar-benar tidak nyaman berada di bawah gemerlap cahaya, suara alunan musik yang begitu keras, dan bau minuman beralkohol yang menyengat ini. Sungguh mengganggu indera penciuman Devano.
"Ayolah Dev, jangan seperti anak kecil. Nikmati pestanya, kita bisa pulang dini hari." ucap Justin yang kini sudah meneguk segelas Vodka.
"Baiklah, pulanglah sendiri memakai taksi nanti."
"Oke, aku akan pulang tapi kau harus minum juga, hanya dua gelas bagaimana?" Devano menggeram tertahan, meminum satu gelas saja sudah membuatnya pusing, apalagi minum dua gelas. Justin memang gila.
"Aku sudah berjanji tidak akan minum pada istriku." jawab Devano membuat Justin terkekeh. Ia lantas menepuk bahu Devano.
"Jadi kau ini suami takut istri ya, tidak ku sangka ternyata kau memang bucin kelas kakap." kini Devano yakin jika Justin sudah mabuk setelah menghabiskan empat gelas.
"Ayo kita pulang sekarang saja, kau sepertinya sudah mabuk." Justin menggeleng sambil menyodorkan gelas pada Devano.
"Dua gelas, lalu kita pulang." dengan emosi Devano meminum air di dalam gelas itu dengan sekali teguk. Rasa panas menjalar di tenggorokan, juga kepalanya yang sudah mulai pusing. Justin bertepuk tangan melihat aksi Devano.
"Devano?" ucap seorang wanita berpakaian seksi menghampiri mereka berdua.
"Kau di sini?" Devano tidak menanggapi ucapan Selin yang dengan seenaknya duduk di sebelahnya, ia terus memijat keningnya yang terasa pening.
"Hei Selin, ingin bergabung bersama kami?" Justin melihat tatapan tajam dari Devano, tapi ia menghiraukannya. Kapan lagi ia bisa mengajak minum seorang model cantik yang sedang naik daun itu.
"Sepertinya Devano sudah mabuk." ucap Selin sambil menyeringai. Devano menepis tangan Selin yang mulai merangkul lengannya.
"Aku tidak mabuk." Justin terkekeh mendengarnya, lalu ia kembali menyodorkan segelas minuman pada Devano.
"Setelah ini kita pulang." Devano dengan cepat meneguk cairan itu agar bisa cepat pulang. Namun dirinya salah besar, nyatanya ia malah ambruk tak berdaya. Justin juga sudah tergeletak lemas di atas sofa.
Selin tersenyum penuh arti, ini adalah kesempatan baginya. Wanita itu memapah Devano yang sudah tidak ada tenaga menuju salah satu kamar yang ada di hotel ini.
Ia langsung menjatuhkan Devano di atas ranjang begitu saja saat mereka sudah sampai di kamar yang Selin pesan. Sejenak wanita itu memandang wajah Devano yang menawan.
"Jangan salahkan aku jika melakukan ini padamu, sayang." dengan lancangnya Selin duduk di atas perut berotot milik Devano yang tampak pasrah. Minuman itu sungguh berpengaruh terhadapnya. Matanya tidak bisa melihat dengan jelas, semua seakan kabur.
Selin mulai membuka kancing kemeja Devano, kemudian ia melumat bibir tebal pria itu dengan tidak sabaran.
****
Arina mondar-mandir di dalam kamar sambil menggigit kukunya sendiri. Ini sudah pukul dua belas malam, tapi suaminya itu masih belum pulang. Arina menggenggam ponselnya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Corald
RomanceDingin, satu kata yang mendeskripsikan seorang Devano Corald. Tatapan tajam serta paras yang menawan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa berlomba-lomba mendapatkannya. Hidup diselimuti ego yang tinggi, dan penuh penekanan. Dari kecil menja...