Prioritas

2.4K 162 12
                                        

"Zee, menurut kamu, siapa yang paling cantik di dunia ini?"

"Mama."

"Yang kedua?"

"Kamulah."

"CAKEP!" Freya mengacungkan dua jempolnya. Ia menyelonjorkan kedua kaki ke arah Areksa yang berdiri gagah di hadapannya. Cowok tampan itu tampak sangat berwibawa dengan seragam OSIS yang dibalut rapi dengan jas hitam SMA Senandika.

Zean yang peka langsung berjongkok, mengikat tali sepatu Freya dengan cepat. Setelahnya, ia kembali berdiri. "Cepetan Eya, keburu telat."

"Tarik."

Freya mengulurkan tangannya. Gadis manja yang satu itu memang hobi sekali membuat Zean menderita. Zean memutar bola matanya malas, tetapi tetap melakukan perintah Freya.

"Tugas aku kemarin udah selesai, Zee?" tanya Freya seraya menepuk roknya yang sedikit berdebu.

"Udah," balas Zean singkat, lalu memberikan sebuah helm kepada Freya. "Aku tau kamu males. Soal matematika kemarin, aku yakin kamu nggak bakalan mau ngerjain"

Freya menyengir lebar. "Zean mah gitu, kalau ngomong suka bener."

"Sahabatan sama kamu dari masih cebong bikin aku tau tentang kamu sedalem-dalemnya."

Freya membulatkan matanya mendengar perkataan Areksa. "Sedalem- dalemnya? Berarti ...."

Zean refleks menempeleng kepala Freya yang sudah terbentengi helm. Ia tahu ke mana arah pembicaraan gadis itu. "Pikirannya nggak boleh kotor."

"Nggak usah malu-malu, Zee. Kayak sama siapa aja," balas Freya kemudian terkikik geli. Ia sangat senang mengganggu Zean.

"Kita belum nikah!"

"Mau nikah kapan?" Freya.

"Minggu depan?"

Freya menggeleng cepat. "Besok aja gimana?"

"Sekarang aja, mau?"

"Ayok! Gas!" seru Freya dengan semangat.

"Oh iya, Eya," ujar Zean membuat dahi Freya menatapnya dengan pandangan bertanya. "Kita, kan beda agama.".

Senyum di bibir Freya langsung luntur. Wajah gadis itu berubah suram. Bibirnya tertekuk tanda tak suka dengan arah pembicaraan Zean. "Tuhan emang satu, kita yang nggak sama," balasnya.

Zean mengangguk, menyetujui. Setiap mengingat hal itu, mood-nya langsung berubah buruk. Kenyataan yang tidak bisa dihindari membuatnya sering merasa tertekan. Zean suka Freya, begitu pun sebaliknya. Namun, mereka tahu kalau keyakinan mereka berbeda.

"Nggak usah sedih, aku udah nyaman kayak gini." Zean tersenyum menenangkan. Ia mengusap pelan pipi kiri Freya dengan tangan kanannya. Sapuan hangat itu membuat perasaan Freya sedikit lega.

"Sayang Zean!" ujar Freya dengan manja lalu memeluk Zean dari samping.

"Sayang Eya juga," balas Zean.

***

"Dasi lo mana?! Nggak punya duit sampai dasi dua puluh ribuan aja lo nggak punya? Push up lima puluh kali!"

"Seragam lo masukin! Jangan kayak bencong!"

"Lo telat sepuluh menit, push up lima puluh kali!"

Tiga siswa yang melanggar peraturan itu langsung menurut dengan apa yang Zean perintahkan. Sikap cowok itu akan sangat berbeda jika berada di depan orang lain. Ia akan berubah menjadi macan galak yang selalu memperlihatkan wajah garang.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang