Freya mengusap rambutnya yang setengah basah. Mumpung libur karena tanggal merah, gadis itu memanfaatkan waktu untuk memandikan kambing peliharaannya. Senyum lebar yang terpatri di bibir gadis itu menjadi pertanda kalau Freya begitu bahagia. Bobo-kambing kesayangannya-semakin terlihat tampan pagi ini.
"Bo, berhubung lo udah ganteng kayak Zean, gue mau panggilin peliharaannya Ratu Ayam buat tanding sama lo," kata Freya, mengajak berbicara Bobo.
Freya tertawa saat Bobo mengembik. Kambingnya itu seolah mengerti dengan apa yang dirinya ucapkan. "Udah ganteng, pinter, nurut, mirip Zean banget, ish! Gemes."
"Woi ratu ayam!" teriak Freya dengan lantang. Fiony-tetangganya- menoleh ke arahnya dengan tatapan kemusuhan.
"Apa lo, siluman kambing!" Fiony tidak mau kalah.
"Mana pasukan ayam warna-warni lo?! Kita tanding sekarang! Dua ribu ayam lawan satu ekor kambing!!"
"Ayam gue tinggal 1999 karena yang satu udah gue kasih ke cowok gue!" balas Fiony memberi tahu. Kemarin, saat menyatakan perasaan kepada kekasihnya, ayam yang menjadi nomor satu itu ia berikan.
"Gue nggak peduli! Sekarang juga, ayo kita tanding!" tantang Freya dengan dagu yang diangkat tinggi-tinggi. Lengan bajunya ia gulung sampai bahu.
Fiony memutar bola matanya malas. "Sori, gue mau me time sama ayam- ayam gue, wle!"
Fiony menunggingkan pantatnya untuk mengejek Freya. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Freya pun langsung mengambil ember berisi air sisa yang ia gunakan untuk memandikan Bobo tadi. Tanpa lama-lama, Freya segera berlari dan menyiramkan air itu di tubuh Fiony.
"Setan lo, setan!" maki Fiony dengan wajah merah padam. Sekujur tubuhnya kini sudah basah kuyup. Tetangganya yang satu itu memang patut
disebut dengan nama setan.Freya tertawa puas. Tidak ingin kena amukan dari Freya, gadis itu pun berlari menyeberang jalan, la menghampiri rumah Zean yang berada di depan rumahnya.
"Zeeyang! Buka pintunya cepet!" teriak Freya sembari menggedor-gedor pintu rumah Zean.
"Astaga, Freya ... kamu kenapa kayak gembel begini?" tanya Gracia kepada Freya setelah membukakan pintu.
Sebelum menjawab pertanyaan dari mamanya Zean, Freya sudah lebih dulu masuk ke rumahnya. "Freya baru selesai mandiin Bobo. Tapi tiba-tiba ada orang gila ngamuk, jadinya Freya lari ke sini. Hehehe."
Gracia menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Ia pun menarik tangan Freya untuk ikut bersamanya menuju ruang makan. Di sana, sudah ada Zean dan juga Sean-suaminya.
"Pagi, Om. Pagi, Zee," sapa Freya dengan riang. Kehadirannya langsung disambut dengan senang hati oleh Zean dan Sean. Mereka semua sudah seperti keluarga sendiri.
"Duduk dulu, Fre. Kita makan sama-sama, ya," titah Gracia yang langsung dituruti oleh Freya. "Freya emang niat mau makan di sini, Tante," balas Freya tidak tahu diri.
"Orang tua kamu nggak pulang?" tanya Sean penasaran. Freya menggeleng pelan dengan tangan yang sibuk mengambil lauk pauk "Semalam mereka ada acara. Ulang tahun perusahaan katanya."
"Loh, kamu nggak diajak?" tanya Gracia merasa bingung. Freya mengukir senyuman sendu. "Mereka, kan, malu punya anak kayak Freya."
Suasana langsung hening saat itu juga. Sean jadi merasa bersalah karena mengambil topik yang salah. Zean yang sejak tadi hanya diam pun kini beralih menatap Freya. Gadis itu memang terlihat baik-baik saja, tapi Zean yakin kalau batin Freya jauh dari kata baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"