Zean Berubah

509 85 0
                                    

Freya berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Gadis itu melangkah cepat menuju kelas Zean. Cowok itu sudah berangkat terlebih dahulu meskipun Freya sudah berusaha sepagi mungkin.

Sejujurnya, Freya merasa tubuhnya lemas pagi ini. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan masalahnya dengan Zean. Jika tidak segera dituntaskan, maka masalah ini akan semakin panjang nantinya.

Dengan menguatkan tekadnya, Freya masuk ke dalam kelas cowok itu terlihat hanya Zean saja yang berada di kelas. Cowok itu membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja. Dengan langkah pelan. Freya berjalan menghampiri Zean.

"Zee?" panggil Freya dengan suara bergetar.

Cukup lama Freya menunggu, tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban. Gadis itu pun memutuskan untuk menepuk pundak Zean pelan. Tindakannya itu berhasil membangunkan cowok itu, Kedua mata Freya membulat saat melihat kondisi wajah Zean sekarang.

"Zee? Muka kamu kenapa?" tanya Freya masih terkejut. Bagaimana tidak? Wajah Zean sekarang dipenuhi oleh lebam keunguan yang terlihat menyakitkan.

Zean memandang datar ke arah Freya. Tatapan hangat yang selalu Freya dapatkan kini tidak lagi ada. Senyuman manis yang selalu Zean berikan kepada Freya kini seolah sirna. Hanya tatapan dingin tidak suka yang Freya terima.

"Ngapain?" tanya Zean.

"Ayo aku obatin, Zee. Muka kamu parah banget," tawar Freya. Gadis itu hendak menarik tangan Zean, tetapi cowok itu buru-buru menjauhkan tangannya dari Freya.

"Nggak perlu," balas Zean begitu singkat.

Perkataan Zean tentu membuat Freya merasa sakit hati. Sebelumnya, ia tidak pernah diperlakukan seperti orang asing oleh Zean.

"Eya minta maaf." Freya menundukkan kepalanya dalam.

"Balik," titah Zean membuat Freya mendongakkan kepalanya, Zean berdecak sebal dibuatnya. "Balik ke kelas, gue males liat muka lo."
Freya menatap Zean bingung. "Kok pakai lo gue?"

"Terserah gue." balas Zean dingin.

Freya menatap Zean dengan lapisan kaca di matanya. Gadis itu benar- benar tidak menyangka kalau Zean mengusirnya.
"Maaf. Zee."

"Eya janji nggak gitu lagi. Eya janji bakalan berubah. Eya nyesel. Zee," lanjut Freya mulai menitikkan air mata.

"Gue atau lo yang pergi?" tanya Zean.

Freya menggelengkan kepalanya kuat. "Eya nggak bakalan pergi sebelum Zee maafin Eya."

Zean menggusah napas berat. Cowok itu berdiri dari duduknya. "Oke. Gue yang bakalan pergi."

Sebelum Zean benar-benar pergi, Freya terlebih dahulu mencekal tangan cowok itu. "Tangan Eya sakit. Ada bekas luka semalem. Zee nggak mau obatin kayak biasanya?"

Freya menggulung lengan jaket panjangnya, memperlihatkan bekas goresan luka yang dirinya ciptakan semalam.

Zean berdecih pelan. "Lo pikir, gue bakalan peduli? Berhenti ganggu gue lagi, Freya."

Tanpa banyak bicara, ia segera pergi dari hadapan Freya. Membuat gadis itu membulatkan matanya tidak percaya.

"ZEE! TUNGGUIN EYA!" teriak Freya seraya mengejar Zean. "EYA NGGAK TIDUR SEMALEMAN. EYA JUGA NGGAK MAKAN DARI KEMARIN SIANG. EYA MAU ZEE MARAHIN EYA KAYAK BIASANYA CUMA GARA-GARA TELAT MAKAN!"

Hancur sudah harapan Freya. Zean benar-benar tidak lagi peduli padanya. Gadis itu bersimpuh di atas lantai. Kedua bahunya bergetar hebat karena menangis.

Zean-nya benar-benar berubah. Zean yang selalu bersikap manis seperti biasanya kini tidak lagi sama.

"Bangun, lo nggak pantes ngemis kayak gini."

Freya mendongakkan pandangannya. Gadis itu sedikit kaget saat melihat Christian mengulurkan tangan kepadanya. Dengan cepat Freya mengusap kedua matanya, lalu menerima uluran tangan Christian.

"Lo punya kita. Jangan rendahin harga diri lo cuma buat cowok berengsek kayak dia." lanjut Oniel yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari lima inti Sannoh lainnya.

Freya tersenyum haru saat satu persatu dari mereka semua mengelus kepalanya secara bergantian.

"Ratu kayak lo nggak pantes nangis kayak gini. Fre." Baran tersenyum menenangkan.

"Fre, meskipun cewek gue banyak. Percaya, deh, cuma lo yang bener- bener gue sayang.," ujar Ollan seraya mengusap pipi kanan Freya yang basah.

"Lo tau nggak, alasan utama kenapa gue nggak mau punya pacar? Karena gue takut lebih mentingin pacar gue itu dari pada lo. Fre," ujar Aldo tatapan mata cowok itu terlihat tulus.

Mereka benar, Freya masih punya Sannoh yang akan selalu menjadi rumahnya untuk pulang.




















To Be Continue









Jangan lupa vote dan follow ya guys
Jangan cuma mampir tapi ngak vote kan ngak asik jadinya

Maaf kalau ada typo










Seperti biasa guys,up dijam kunti lagi hehehehe

Btw,menurut kalian,Apa keputusan yg udah diam zean udah benar?Atau Zean harus merendahkan ego nya dikit demi hubungannya sama Freya?

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang