Siapa?

649 90 2
                                    

Selepas membersihkan seluruh tubuhnya, Freya merebahkan diri ke atas kasurnya.Ia mengambil handphone yang tergeletak di kasur. Matanya membulat saat melihat ratusan pesan masuk yang Zean kirimkan padanya.

Freya menggigit bibir bawahnya saat melihat tulisan 'typing' di bawah profil Zean. la merasa was-was kalau cowok itu akan marah kepadanya.

Zeeyang: Siapa?

Freya refleks merubah posisinya menjadi duduk. Keningnya mengerut setelah membaca pesan Zean yang baru saja masuk.

Me: Apanya yang siapa?

Zeeyang: Nggak usah pura-pura nggak tau. Aku udah liat.

Freya meringis pelan. Pasti yang Zean maksud adalah Niki. Freya tidak tahu mengapa Zean terlihat tidak suka dengan teman sekelasnya itu.

Zeeyang: Keluar, Aku di depan rumah kamu.

Freya memukul kepalanya pelan. la benar-benar menyesal karena telah pulang sendirian. Kalau saja dirinya menunggu Zean,pasti dirinya tidak akan bertemu dengan Niki. Dengan langkah lunglainya Freya berjalan ke bawah. Berniat menemui Zean yang katanya berada di luar rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya secara perlahan. Ternyata benar, Zean sudah berdiri di depan rumahnya. Posisi cowok itu sekarang membelakangi dirinya. Demi Bobo yang gantengnya mirip Zean, Freya benar-benar merinding untuk sekarang.

"Hai," sapa Freya dengan suara pelan.

Zean membalikkan tubuhnya. Ia menatap Freya dengan sorot mata yang tak mampu diartikan. Cowok itu mendekat ke arah kekasihnya.

Aroma mint dari tubuh Zean itu menjalar bebas membuat Freya dapat mencium wanginya lantaran posisi mereka kini terlampau dekat.

Zean yang memang lebih tinggi dari Freya itu menunduk. Tangannya mengangkat dagu Freya agar kepala gadis itu mendongak ke arahnya.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Suasana hening, juga udara yang terasa dingin itu menyelimuti pertemuan dua insan yang saling menjalin hubungan rasa cinta.

"Udah mulai nakal, hm?" Suara berat milik Zean berbisik pelan di telinga Freya. Embusan hangat napas cowok itu di permukaan kulit lehet Freya membuat gadis itu kian merinding.

Zean bergerak semakin maju membuat Freya refleks mundur dan berakhir menubruk dinding di belakangnya. Kedua tangan Zean mengunci pergerakan Freya dengan bertumpu pada tembok di kedua sisi Freya.

"Siapa namanya?" tanya Zean.

"Niki," balas Freya cepat walaupun dirinya merasa takut.

"Siapa? Aku nggak pernah denger sebelumnya," balas Zean dengan kernyitan di dahinya.

"Murid baru, Zee."

Zean menghela napas berat. "Yang ngizinin kamu pulang sama cowok lain siapa? Apa lagi itu murid baru. Jangan mudah akrab sama orang baru, Eya."

"Eya kesel lihat Zee sama Anime!" balas Freya dengan cemberut.

"Jangan cemburuan. Kan, kemarin udah aku bilang, cantiknya Zee cuma satu. Itu kamu, Freya."

Freya memutar bola matanya malas. Untung ia bukan gadis yang mudah baperan. Matanya menatap Zean malas. "Pulang sana!" usirnya. Ia memutar badannya, berniat masuk ke dalam rumah

"Nggak mau. Masih kangen." Zean memeluk Freya dari belakang. Cowok itu menggesekkan hidung mancungnya di ceruk leher milik Freya.

"Zee, geli, ih!"

Bukannya menghentikan aksinya itu, Zean justru semakin gencar melakukannya. Cowok itu memeluk Freya begitu posesif. Mentang-mentang udah malam, anuin anak orang sembarangan!

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang