Freya menggigit ujung kukunya dengan raut wajah resah. Ia kebimbangan antara menemui Zean berdiri di depan pintu rumah cowok itu. sedang dilanda atau tidak. Sekarang ini, ia sudah didepan pintu rumah cowok itu.
Baru saja Freya ingin mengetuk pintu, tetapi pikirannya tiba-tiba berubah. Gadis itu berdecak sebal, lalu berbalik badan berniat pulang. Tepat saat ia memutar tubuh, sesuatu menabrak dirinya.
"Mau ke mana?"
Freya meneguk ludahnya dengan susah payah saat mendengar suara yang sangat familier itu. "Eh, Zee ...," ujar Ilona cengengesan.
Zean menatap penuh intimidasi ke arah Freya. Tubuhnya bergerak maju, membuat Freya refleks mundur hingga membentur pintu rumah Zean yang berada di belakangnya. Demi Bobo yang gantengnya mirip Zean, Freya benar- benar merinding saat ini juga.
"Aku nggak bisa marah sama kamu," ujar Zean akhirnya. Cowok itu mendekatkan wajahnya ke telinga Freya. "Eya gemesin. Jadi nggak tega."
Freya refleks membuka matanya. Jarak wajahnya dengan Areksa hanya tinggal satu jengkal saja. Membuat Freya bisa merasakan embusan napas dari bibir Zean.
"Pergi ke mana?" tanya Zean dengan suara yang terdengar serak. "M-main," balas Freya terbata.
"Main sama siapa, hm?" tanya Zean kemudian membelai lembut rambut kecokelatan milik Freya.
Setelah meneguk salivanya susah payah, Freya pun menjawab, "Kak Vion."
Alis Zean bertaut tajam. Kedua tangannya mengepal erat. "Siapa yang ngizinin kamu pergi sama cowok lain?" tanya Zean dengan raut wajah marah.
Freya menggeleng pelan. "Tapi Kak Vion bukan cowok lain." Zean menghela napas gusar. "Udah berapa kali aku bilangin, jangan pernah deket-deket sama cowok lain selain anak-anak Sannoh. Kamu tau, kan, kalau itu termasuk hal yang nggak aku suka?" Zean menjauhkan tubuhnya dari Freya. Cowok itu berdiri tegak membuat Freya bangkit dari tidurannya.
Freya menundukkan kepalanya. "Maaf, Zean," cicit Freya begitu pelan. "Kamu nggak akan pernah tau seberapa khawatirnya aku waktu tau kamu nggak ada di kelas. Aku berpikir positif kalau kamu udah pulang duluan karena nggak mau nungguin aku dulu. Tapi ternyata, setelah aku cek, kamu nggak ada di rumah, Fre. Seenggaknya kasih kabar aku kalau kamu mau pergi."
"Lupa, Zean ...."
"Lupa atau sengaja?"
Freya mendongakkan kepalanya. Gadis itu menatap Zean dengan mata berkaca-kaca. Tanpa larna-lama, Freya langsung berhambur ke pelukan cowok itu.
"Please, jangan marahin Eya. Setiap liat Zean marah, Eya selalu inget Papa. Zeeyang udah janji buat nggak marahin Baby Eya kalau lagi salah ...." ujar Freya yang sudah mengeluarkan beberapa tetes air mata. Gadis itu sulit sekali menangis. Tapi, jika sudah berhubungan dengan Zean maka hal itu tidak akan berlaku lagi.
Zean menghela napas panjang. Matanya terpejam sejenak untuk meredakan emosinya. Perlahan tapi pasti, cowok itu membalas pelukan Freya.
"Aku cemburu, Ya."
***
"Bentar lagi tanggal 24."
Perkataan Christian itu membuat Zean, Freya, Ollan, Oniel, Baran, dan Aldo menatap cowok itu bersamaan. Mereka mengangguk kompak tanda paham dengan apa yang cowok itu maksud. Tanggal 24 adalah tanggal keramat, ketika dua geng besar Sannoh dan Doubt akan beradu kemampuan. Rutinitas kedua geng itu sudah turun temurun sejak dulu.
"Gue percayain lo buat atur strategi, Chris," ujar Ollan.
"Emang udah tugasnya Christian, pe'a!" balas Aldo tidak bisa santai.
"Nggak usah nyolot, pakai kuah segala lagi. Muka gue banjir, nih!" Ollan mengusap wajahnya kasar.
Baran tertawa melihat tingkah mereka. "Anggotanya Doubt ada berapa?"
"Dua kali lipat dari kita," balas Christian setelah meneguk kopi dinginnya."Buset banyak bener." Aldo menggeleng heran.
***
Pukul delapan malam, seluruh anggota Sannoh Rengokai berkumpul di markas untuk membahas battle bulanan melawan Doubt. Atas instruksi Christian, mereka semua berlatih secara berpasangan untuk mengasah kemampuan bela diri mereka.
"Pelan-pelan aja, pe'a! Lo punya dendam kesumat sama gue, hah?!" Ollan berteriak sembari memegang pipi kanannya yang baru saja ditendang oleh Freya. Padahal, ia menyuruh gadis itu melakukannya dengan pelan tapi dia malah sekuat tenaga.
Freya mencebikkan bibirnya, la menatap Ollan penuh dendam, begitu pun sebaliknya. "Gue tendang lagi, mampus lo!"
"Kalau gue nggak takut sama Zean, udah gue tendang balik lo!" balas Ollan kesal.
"Huu dasar penakut!"
Ollan mengelus dadanya, mencoba untuk bersabar menghadapi makhluk seperti Freya. "Sabar, Lan. Dia ratunya Sannoh kalau lo lupa," ujarnya pada diri sendiri.
"Capek, ah!" Freya berjalan menuju teras markas. Di sana, ada Aldo yang tengah duduk di atas kursi.
"Minggir dikit dong, Kain Kafan!" ujar Ilona semena-mena.
Aldo menatap sengit gadis itu. Meskipun begitu, ia tetap menggeser tubuhnya. "Mangga, Tuan Putri," katanya dengan nada menyebalkan.
"Lo cakep, Do," ujar Freya tiba-tiba. Aldo menatapnya bingung. Ini baru pertama kalinya Freya memuji dirinya.
"Kesambet apa lo muji gue?"
"Nggak muji. Gue cuma ngomong kenyataannya. Lo ganteng, harusnya punya cewek yang banyak kayak Ollan tapi realitanya malah jomblo," kata Freya seraya menatap kasihan ke arah Ollan.
"Gue jomlo karena gue males pacar-pacaran. Ntar juga ujung-ujungnya putus. Mending langsung nikah aja, keren!" balas Aldo.
"Lo kebelet malem pertama, ya, Do?" "Cangkemmu!" Aldo melotot ke arah Freya. "Bisa nggak, lo berhenti manggil gue kain kafan? Nama gue Aldo, ALDO!"
"Berisik." Freya menutup telinganya. "Emang laknat lo, Fre. Heran gue kenapa Zean bisa bucin sama lo."
"Zean bucin sama gue karena dia cinta sama gue." Freya menjulurkan lidahnya untuk mengejek Aldo.
"Inget, Tuhan kalian beda!" balas Aldo membuat Freya tidak lagi bisa berkata-kata.
To Be Continue
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA GUYS
MAAF KALAU ADA TYPO

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Roman d'amour[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"