Zean menatap jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setengah Tujuh pagi. Hari ini dirinya bangun kesiangan karena semalam tidur terlambat. Kaki-kaki jenjangnya melangkah cepat menuruni anak tangga satu-persatu.
Gracia yang tadi berniat menghampiri anaknya di kamar pun terkejut dengan kehadiran Zean yang tergesa-gesa. "Sarapan dulu, Zee. Kok kayak buru-buru banget," ujarnya menghentikan langkah Zean. "Zee udah telat, Ma," balas Zean tidak tenang.
"Telat kepalamu, baru setengah tujuh," balas Gracia. Zean itu memang paling anti dengan yang namanya telat. Apalagi dirinya juga merupakan ketua OSIS yang harus dijadikan panutan.
"Udah telat. Berangkat dulu, Ma." Zean mencium tangan mamanya dan dengan cepat berlari keluar rumah membuat Gracia menggelengkan kepalanya"Eya ke mana?" gumam Zean saat melihat rumah gadis itu yang terlihat sepi. Padahal biasanya Freya selalu nangkring di atas motornya ataupun ruang makan di rumahnya.
Zean mengambil ponsel di saku celana seragamnya. Cowok itu membuka pesan masuk dari Freya.
Baby Eya:"Zee, Eya dianterin sama Papa. Maaf, ya. Soal kemarin jangan marahin Eya. Takut."
Zean menautkan kedua alisnya setelah membaca pesan dari gadis itu. Kerasukan setan apa Aran sampai mau mengantarkan anaknya sekolah?
"Tumben," gumam Zean kemudian bersiap-siap pergi ke sekolah sendirian. Jujur saja ia masih kesal dengan gadis itu karena pergi bersama Niki tanpa memberi tahu dirinya.
Sesampainya di sekolah, tanpa pergi ke kelas terlebih dahulu, Zean langsung bertugas di depan gerbang bersama Marsha dan lulu untuk mengecek perlengkapan siswa-siswi yang masuk sekolah. Biasanya mereka mengadakan pengecekan tiga hari sekali untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa-siswi SMA Senandika.
"Masuk," ujar Zean setelah memeriksa kelengkapan atribut salah satu siswa. la kemudian menatap ke depan. Pandangan matanya bertemu dengan mata tajam Niki. Cowok itu datang dengan motor ninja hitamnya.
Zean berusaha untuk tetap bersikap profesional. Cowok itu memeriksa dasi Niki, ikat pinggang, kaos kaki, semuanya terlihat lengkap dan rapi. Cowok itu menepuk pelan pundak Niki. "Lo boleh masuk."
Tanpa menjawab ucapan Zean, Niki melenggang masuk ke dalam kawasan SMA Senandika.
Kedua tangan Zean mengepal. la menatap kepergian Niki dengan menahan emosi. Murid baru itu seperti ingin bermain api dengannya karena selalu berusaha mendekati Freya. Marsha yang menyadari perubahan raut wajah cowok itu pun mengerutkan dahi bingung.
"Kenapa, Zen?" tanya gadis itu.
Zean menghela napas panjang. "Nggak ada apa-apa. Kalian lanjutin dulu, ya. Gue ada urusan."
Tidak ingin mencampuri urusan Zean. Marsha pun menganggukkan ke- palanya. "Siap, Pak Bos," katanya dengan nada bercanda.
Buru-buru Zean mengambil tasnya yang sengaja ia letakkan di pos satpam. Setelah itu, ia melangkah menuju gedung SMA Senandika lantai dua. la ingin menemui Freya. Meskipun masih merasa kesal. Zean akan tetap menemui gadis itu untuk melihat keadaannya dan mengawasi Niki.
Sesampainya di kelas Freya, ia langsung disambut oleh berbagai macam tatapan dari teman-teman gadis itu. Mata tajam Zean langsung tertuju ke arah Freya yang menelungkupkan wajahnya di antara lipatan kedua tangan- nya di meja.
"Eya?" panggil Zean pelan seraya menyentuh kepala gadis itu.
Mendengar panggilan lembut dari Zean tentu membuat Freya mendongakkan kepalanya. Kedua mata gadis itu terlihat sayu dengan pipi kanan yang terlihat lebam.
"Pipi kamu" Zean menghela napas berat. "Bilang ke aku siapa yang berani bikin kamu kayak gini."
Bukannya menjawab, Freya justru merangkul erat pinggang Zean. Gadis itu menumpahkan tangisnya di perut cowok itu yang terbalut rapi dengan seragam sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/360693383-288-k661233.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"