Zean

716 88 4
                                    

Tepat saat Zean memejamkan matanya, Oniel datang dengan seorang cowok bersamanya. "Bukan karena bunuh diri! Tapi kecelakaan!".
Saat itu juga, Kinan menjatuhkan pistol yang baru saja dirinya gunakan untuk menembak Zean

***

Pintu ruangan operasi masih setia menutup. Di dalam sana, ada Zean yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Cowok itu buru-buru dilarikan ke rumah sakit sebelum semuanya terlambat. Isak tangis terus mengiringi suasana rumah sakit yang sepi dan sunyi.

Niki sudah dipulangkan setelah diobati karena cowok itu butuh banyak istirahat. Sementara itu, Freya masih setia menunggu bersama yang lainnya. Luka gadis itu sudah diobati meskipun tubuhnya terasa amat lemas.

Kinan dan Cindy duduk di sebelah dua polisi yang setia mengawasi mereka. Keduanya terlihat lemas setelah mendengar penuturan Oniel di tempat kejadian tadi.

"Kamu bisa ceritakan dengan detail?" tanya Pucho kepada seorang laki- laki yang terlihat sepantaran dengan anaknya.

Sengkuni, laki-laki yang dibawa Oniel ke lokasi penculikan itu menganggukkan kepalanya. "Waktu itu, saya lagi buru-buru ke bandara karena mau pergi ke luar negeri buat jenguk Mama saya yang lagi sakit di sana. Waktu sampai di area perbukitan, tiba-tiba ada motor sama truk yang senggolan. Motor yang ternyata punya Vion itu jatuh ke jurang dan truk yang nyenggol tadi langsung kabur tanpa mau tanggung jawab."

Sengkuni menghela napas terlebih dahulu. "Waktu itu kondisi di sana sama sekali nggak ada orang. Saya panik dan coba cari bantuan. Akhirnya, ada beberapa warga yang datang. Saya langsung kasih tahu mereka kalau ada orang yang jatuh ke jurang sama motornya. Karena waktunya mepet banget sama jadwal pesawat saya mau take off, jadi saya lupa mau ceritain gimana kronologinya ke warga setempat."

"Jadi..., anak saya bukan meninggal karena bunuh diri?" tanya Kinan untuk memastikan.

"Bukan. Dia meninggal karena kecelakaan. Lima hari kemarin, setelah saya udah balik ke Indonesia dan mulai sekolah lagi, saya denger dari beberapa siswa kalau Vion, sahabat dekat saya dulu, meninggal karena bunuh diri. Saya kaget dan nggak nyangka, padahal waktu itu saya sendiri yang lihat kalau Vion jatuh ke jurang karena senggolan sama truk. Saya datang ke rumahnya almarhum, tapi ternyata Om Kinan sama Tante Cindy nggak ada di rumah. Saya bener-bener bingung harus gimana lagi."

"Terus, hari ini saya ketemu Oniel di pinggir jalan. Dia sama Ollan itu temen dekat saya waktu kita masih tetanggaan." Sengkuni menoleh ke arah Oniel. "Saya cerita-cerita sama dia soal kematian Vion yang menurut saya masih terasa aneh dan janggal. Dan setelah dengar ceritanya kalau Freya, cewek yang dulu dia suka itu kena teror dan sekarang diculik, saya pun ikut kaget."

"Waktu gue lagi cari Freya, tiba-tiba di jalan malah ketemu sama dia. Sengkuni nanya-nanya soal kematian Vion karena kami satu sekolah. Dia mikir bisa dapet info dari gue. Karena kita ngobrol panjang, jadi gue telat dateng ke lokasi," imbuh Oniel. "Dan sayangnya, gue datang pas udah telat. Zean bener-bener ketembak."

"Jadi intinya, Vion itu meninggal karena kecelakaan, bukan bunuh diri. Kalian semua salah sangka," terang Sengkuni lagi.

Kinan dan Cindy sama-sama saling menatap. Pasangan suami istri itu merasakan perasaan bersalah yang begitu besar di benak keduanya. Mereka telah salah sangka. Dan akibat dari itu, mereka membuat keributan di mana- mana. Bahkan sekarang Zean tengah sekarat di dalam sana.

Mereka semua masih tidak menyangka dengan cerita yang mengalir dari mulut Sengkuni. Jadi, selama ini mereka salah sangka dengan kematian Vion?

"Saya bersedia dipenjara," putus Kinan. Wajah pria itu terlihat pias dan linglung.

"Saya sama istri saya salah besar. Kami telah melakukan tindakan kriminal."

Cindy menganggukkan kepalanya. "Saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Karena dibutakan oleh dendam, kami sampai bermain sejauh ini."

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang