Awal Yang Baru

685 88 2
                                        

"Eya, makan dulu, ya?"

Gelengan lemah di kepala Freya membuat Zean menghela napas berat. Sejak kemarin, gadis itu sama sekali tidak memasukkan makanan sedikit pun ke dalam perutnya. Freya terus merenung sambil sesekali menangis ketika mengingat kematian Vion.

Padahal, Jinan dan Cindy sudah meminta kepada gadis itu untuk tidak terlalu memikirkan kenyataan pahit yang baru saja menimpa mereka semua. Semalam, kedua orang tua almarhum Vion itu memberi kabar kepadanya kalau mereka berdua akan pergi ke Australia. Jinan dan Cindy bilang, jika mereka masih terus-terusan berada di Indonesia, itu akan membuat mereka semakin sulit untuk melupakan kesedihan yang mendalam pasca kehilangan anak satu-satunya mereka.

Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menetap di Australia untuk beberapa lama. Kehilangan anak semata wayang mereka adalah suatu hal yang begitu menyakitkan. Kepergian Vion benar-benar menorehkan luka yang begitu membekas dan pastinya akan sangat sulit untuk disembuhkan.

"Kasian sama diri kamu sendiri, Ya," ujar Zean lagi, masih berusaha untuk membujuk Freya.

"Makan dikit aja nggak apa-apa, Fre. Yang penting perut lo ada isinya," timpal Aldo seraya memandang kasihan ke arah Freya yang merenung di depan jendela.

"Lo nggak kasihan sama Zean? Dari kemarin dia udah kayak orang gila. Di sekolah aja nggak bisa fokus karena mikirin keadaan lo," ujar Christian.

Zean langsung menatap ketua dari Sannoh itu dengan gelengan Kepala, seolah memberikan peringatan kepada mereka untuk tidak mengatakannya.

"Eya, dengerin aku, ya? Dikit aja" Freya menyodorkan sesuap bubur ayam ke arah mulut Freya dengan sendok.

"Nggak mau, Zee...." balas Freya.

"Kamu mau apa? Biar aku turutin. Yang penting nggak sedih kayak gini,"tawar Zean. Tangan cowok itu terangkat untuk mengelus kepala gadis itu

"Kamu nggak inget pesannya Tante Cindy sama Om Jinan? Mereka udah nyuruh kamu bust nggak sedih kayak gini, Ya," lanjut Zean.

Freya hanya diam, tidak menanggapi perkataan Zean.

"Emang orang tua lo pada ke mana? Kok, gue nggak lihat, Fre?" tanya Aldo penasaran. Pasalnya, sejak datang ke rumah Freya satu jam yang lalu, sama sekali tidak melihat sekelebat kehadiran orang tua gadis itu.

"Ke luar kota, biasalah urusan kerjaan," balas Zean.

"Zee?" panggil Freya dengan suara yang terdengar parau. "Eya... pembunuh, ya?"

Zean menatap marah ke arah Freya. "Jangan ngomong gitu! Ini semua bukan salah kamu."

Setelah itu, terjadi keheningan yang panjang di sana. Suasana ruang tamu rumah Freya terasa begitu canggung, Aldo, Ollan, dan Baran yang biasanya rusuh, kini mendadak diam. Kecanggungan yang terjadi di ruangan itu terasa begitu mencekam.








To Be Continue




Jangan lupa vote dan komen ya guys
Maaf kalau ada typo

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang