Rumah sakit

531 85 11
                                    

Mendengar umpan keras dari Zean membuat Christian,Aldo,Baran,Ollan,Oniel menoleh ke belakang. Mereka semua kaget bukan main saat melihat Zean tengah memegang tubuh Freya yang merintih kesakitan.

Christian yang panik itu langsung membuang motornya hingga ambruk ke atas aspal. la menghampiri Zean dan Freya dengan cepat. Begitu pun yang lainnya.

"Freya kenapa bisa begini?" tanya Christian panik setelah melihat bahu Freya yang tertancap sebuah pisau.

Zean menggeleng. "Gue nggak tau. Ini kayaknya sengaja dilempar dari jauh dan Freya yang jadi sasarannya."

"Cepat panggil siapa pun yang lewat pakai mobil," titah Christian cepat. Ollan mengangguk. Cowok itu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa apakah ada mobil yang akan melewati mereka.

"Ini gimana, nih? Gue bingung, anjir. Pisaunya dicabut apa nggak?" tanya Aldo kelimpungan. Beberapa kali cowok itu meringis melihat darah yang mengucur dari bahu Freya.

"Jangan sembarangan cabut luka tusukan," peringat Oniel dengan tatapan tajamnya ke arah Aldo. "Pendarahannya makin hebat kalau lo lakuin itu."

Christian mengangguk. "Bener kata Oniel."

"Kalau emang pisau ini dilempar, terus orangnya mana?" tanya Baran tak paham.

"Ya kaburlah, Goblok!" balas Aldo kesal."Udah kayak cacing aja mainnya gesit banget."

Freya memejamkan matanya menahan rasa sakit yang menjalar di babunya. Gadis itu tumbang ke dalam pelukan Zean karena tidak sanggup melihat darah yang terus mengucur di bahunya. Ringisan pelan pun tak henti-hentinya keluar dari mulutnya

"Zee... sakit..." lirihnya terdengar memilukan.

"Tahan bentar, Eya. Jangan tidur dulu, ya? Aku nggak mau kamu kenapa kenapa," ujar Zean mencoba untuk menenangkan Freya yang merasakan sakit yang begitu hebat.

"PAK! PAK! BERHENTI, PAK! DARURAT!" teriak Ollan yang sudah berdiri di tengah jalan untuk menghadang sebuah mobil putih yang hendak melintas. Mau tidak mau pemilik mobil itu pun menghentikan laju kendaraannya. Dengan cepat Ollan mengetuk kaca mobil itu.

"Ada apa, Dek?" tanya seorang bapak berumur sekitar lima puluhan tahun setelah membuka kaca mobilnya.

"Temen saya ada yang luka dan harus cepet-cepet dibawa ke rumah sakit," balas Ollan cepat.

Bapak itu membulatkan matanya. la menoleh ke arah Zean dan Freya yang masih berdiri di samping motor. "Ayo, bawa masuk ke mobil saya aja, Dek," ujarnya.

Ollan mengangguk. la pun kembali menghampiri sahabat-sahabatnya. "Bawa Freya masuk ke sana, Zen. Biar kita-kita ikutin kalian dari belakang." ujarnya.

Zean mengangguk. la segera membopong tubuh Freya untuk masuk ke dalam mobil bapak-bapak itu. Sementara yang lainnya juga bersiap-siap untuk mengikuti mobil yang membawa Zean dan Freya dari belakang. Baran yang seharusnya naik ke motor Aldo, kini cowok itu membawa motor milik Zean.

***

Di depan ruang UGD, keenam cowok itu tidak henti-hentinya berdoa agar Freya tidak apa-apa. Mereka semua menunggu resah berharap pintu ruangan itu cepat dibuka. Melihat Freya terluka tentu membuat mereka semua merasa gagal dalam menjaga gadis itu. Ini kali pertamanya Freya terkena luka tusukan. Sudah pasti Zean yang paling merasa bersalah di sana. Cowok itu sejak tadi tidak berhenti mondar-mandir hingga membuat siapa pun yang memperhatikan pasti merasa pusing

"Kita kecolongan lagi," ujar Christian.

Ollan mengangguk setuju. "Gue nyesel nggak jagain Freya dari belakang tadi."

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang